Freeter (フリーター, furītā) adalah ungkapan bahasa Jepang untuk orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan penuh waktu atau menganggur, tidak termasuk ibu rumah tangga dan pelajar. Rata-rata usia freeter berkisar antara 15 hingga 34 tahun.[1]
Freeter juga dapat digambarkan sebagai setengah menganggur. Orang-orang ini tidak memulai karir setelah sekolah menengah atau universitas tetapi mendapatkan uang dari pekerjaan bergaji rendah.
Kata freeter atau freeta dianggap sebagai portmanteau dari kata bahasa Inggris free (atau mungkin freelance) dan kata Jerman Arbeiter ("pekerja"). Arubaito adalah kata pinjaman Jepang dari Arbeiter, dan mungkin dari Arbeit ("pekerjaan"). Karena bahasa Jerman (bersama dengan bahasa Inggris) digunakan di universitas-universitas Jepang sebelum Perang Dunia II, terutama untuk sains dan kedokteran, arubaito menjadi umum di kalangan mahasiswa untuk menggambarkan pekerjaan paruh waktu bagi mahasiswa.
Istilah freeter diciptakan oleh majalah pekerjaan paruh waktu From A editor Michishita Hiroshi pada tahun 1987 dan digunakan untuk menggambarkan pekerja "bebas" yang bekerja lebih sedikit, mendapatkan bayaran per jam, bukan gaji bulanan seperti pekerja penuh waktu biasa, dan tidak menerima apa pun baik tunjangan pekerja tetap penuh waktu (gaji hari raya, gaji sakit, gaji bonus, cuti berbayar).
Pada 1990-an dan 2000-an, istilah freeter tersebut beralih ke konotasi negatif dan freeter dipandang sebagai beban masyarakat. Istilah ini dilihat secara positif yang menandakan kebebasan untuk mengeksplorasi alternatif lain untuk pekerjaan untuk bersenang-senang ketika ekonomi di Jepang makmur dengan banyak kesempatan kerja yang berbeda.[2]
Dengan deregulasi undang-undang perburuhan, khususnya Undang-undang Pengiriman Tenaga Kerja pada tahun 2004 oleh pemerintah Koizumi, perusahaan telah mampu mempekerjakan semakin banyak pekerja tidak tetap dalam upaya mereka untuk tetap kompetitif secara global. 1 Pekerjaan kaum muda di Jepang (dan di tempat lain) telah dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan ini dan semakin genting (Brinton 2010; Furlong 2007; Honda 2004 a, b; Inui dkk. 2007; Obinger 2009).