Ahmad al-Wafi الوافي أَحْمَد Imam kedelapan Ismailiyah | |
---|---|
Imam ke-8 Ismailiyah | |
Masa jabatan 813–828 | |
Gelar | al-Wafi(terj. har. 'setia pada perkataannya') ar-Radi (terj. har. 'orang yang diridhai') |
Nama lain | ʿAbd Allāh bin Muḥammad |
Informasi pribadi | |
Lahir | 149 H (perkiraan 765/766) |
Meninggal | 212 H (perkiraan 827/828) Salamiyah |
Makam | Salamiyah, Suriah |
Agama | Islam Syiah |
Anak | Daftar anak
|
Orang tua |
|
Bagian dari seri mengenai Islam Ismailiyah |
---|
Portal Islam |
Abū Aḥmad ʿAbd Allāh bin Muḥammad bin Ismāʿīl (bahasa Arab: أَبُو أَحْمَد عَبْد ٱللَّٰه ٱبْن مُحَمَّد ٱبْن إسْماعِيل, c. 766 – 828) adalah keturunan nabi Islam Muhammad dan imam kedelapan Isma'ili, menggantikan ayahnya, Muhammad bin Isma'il (w. 813). Abdullah melakukan perjalanan ke seluruh Persia dan Timur Tengah. Pada suatu tanggal yang tidak diketahui, pada paruh pertama abad ke-3 H/9 M, ia menemukan perlindungan di Suriah, di mana ia akhirnya menjalin kembali kontak dengan beberapa da'inya, dan menetap di Salamiyah, sambil terus menyamar sebagai pedagang Bani Hasyim. Abdullah tidak mengungkapkan identitas aslinya kepada publik dan hanya beberapa hujjat dan da'i Ismailiyah tingkat tinggi yang mengetahui keberadaannya. Ia dikenal dengan julukan al-Wāfī (terj. har. 'setia pada perkataannya') dan al-Raḍī (terj. har. 'orang yang diridhai'). Abdullah menunjuk putranya, Ahmad, sebagai penggantinya dan meninggal sekitar tahun 828.
Dengan wafatnya Ja'far ash-Shadiq pada tahun 148/765, Isma'il (w. 158/775) dan Muhammad (w. 197/813), beratnya penganiayaan terhadap Abbasiyah meningkat pesat. Para Imam Isma'ili terdorong untuk mempertebal kerahasiaan mereka, oleh karena itu, dawr al-satr pertama mulai berlaku dari tahun 197/813 hingga 268/882, di mana para Imam dikenal sebagai al-a'imma al-masturin (terj. har. 'para Imam yang disembunyikan'). Penyembunyian tersebut berakhir dengan berdirinya kekhalifahan Fathimiyah (m. 909–1171).