Nama dalam bahasa asli | (ar) عبد الرحمن الأوزاعي |
---|---|
Biografi | |
Kelahiran | 707 (Kalender Masehi Gregorius) Baalbek (Kekhalifahan Umayyah) |
Kematian | 774 (Kalender Masehi Gregorius) (66/67 tahun) Beirut (Kekhalifahan Abbasiyah) |
Penyebab kematian | Asfiksia |
Data pribadi | |
Agama | Islam dan Islam Sunni |
Kegiatan | |
Spesialisasi | Fikih |
Pekerjaan | Faqih, teolog, filsuf |
Murid dari | Atha bin Abi Rabah, Muhammad al-Baqir, Qatadah bin Da'amah, Ibnu Syihab az-Zuhri, Malik bin Anas dan Ibrahim ibn Abi 'Abla (en) |
Murid | Sufyan Ats-Tsauri, Malik bin Anas dan Abdullah ibnul Mubarak |
Imam Al-Auza’i (88 H (706/707 M) – 157 H (773/774 M)) adalah ulama ahlussunnah dan eponim bagi mazhab fikih Auza'i. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Amr bin Yuhmad Al-Auza’i. Al-Auza’i adalah nisbah ke daerah Al-Auza’, salah satu wilayah di Damaskus. Menurut Adz-Dzahabi, dia adalah seorang "Syaikh Islam, 'alim wilayah Syam." Dia bertempat-tinggal di Al-Auza', sebuah kampung kecil di daerah Bab al-Faradis, di dekat Damaskus, kemudian dia pindah ke Beirut, hingga dia meninggal di sana.[1]
Dia dilahirkan pada tahun 88 H dan mengalami masa kanak-kanak dalam keadaan yatim. Ia melakukan perjalanan menuntut ilmu (rihlah) menuju Yamamah dan Bashrah. Tidak banyak karya pribadinya yang masih bertahan dan dapat ditemukan pada saat ini, meskipun begitu berbagai perkataannya masih dapat ditemui dari nukilan-nukilan yang terdapat pada kitab-kitab karya muridnya dan para ulama sesudahnya. Abu Zur’ah mengatakan tentangnya, “Pekerjaan dia adalah menulis dan membuat risalah. Risalah-risalah dia sangat menyentuh.” Ia begitu dihormati oleh Khalifah Al-Manshur dan pernah ditawari untuk menjadi hakim (qadhi) oleh Khalifah namun Al-Auza'i menolaknya. Di akhir hayatnya, ia berangkat ke Beirut untuk melaksanakan tugas ribath (menjaga daerah perbatasan) dan wafat di sana. Dikatakan warisan yang ia tinggalkan hanya enam dinar yang merupakan sisa dari sedekah yang dia berikan.