Amfibi | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Domain: | Eukaryota |
Kerajaan: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Klad: | Batrachomorpha |
Kelas: | Amphibia Gray 1825[2] |
Subkelas & ordo | |
Daftar parsial
|
Amfibi atau amfibia didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang berkembang untuk sebagian besar hidup di habitat semi-aquatik (antara darat dan air), namun mereka juga dapat ditemukan di berbagai jenis habitat, dengan sebagian besar spesies tinggal di ekosistem air tawar, lahan basah, atau daratan (seperti hutan riparian, habitat terestrial yang menggali, dan bahkan habitat arboreal atau di pohon). Amfibi adalah hewan vertebrata berdarah dingin. Tidak seperti hewan berdarah panas yang mengatur suhu tubuh secara internal, amfibi mengatur suhu tubuh dari luar tubuh mereka.[3] Amfibi tidak memiliki membran amnion, dan memiliki empat anggota tubuh, yang termasuk dalam kelas Amphibia.[4] Secara umum, amfibi merupakan kelompok paraphyletic yang mencakup semua tetrapoda (hewan dengan empat anggota tubuh) kecuali amniota, yaitu tetrapoda yang memiliki membran amnion, seperti reptil modern, burung, dan mamalia.[5]
Amfibi merupakan satu-satunya vertebrata yang mengalami metamorfosis lengkap. Siklus hidup amfibi biasanya dimulai sebagai larva akuatik yang memiliki insang, yang dikenal dengan sebutan berudu. Namun, beberapa spesies amfibi telah mengembangkan adaptasi perilaku untuk melewati tahap larva ini. Anak amfibi umumnya menjalani metamorfosis dari bentuk larva akuatik yang memiliki insang menjadi bentuk dewasa yang bernapas dengan paru-paru.Respirasi amfibi dapat secara terpisah atau dalam kombinasi paru-paru,kulit, dan insang.[6] Amfibi juga menggunakan kulit mereka sebagai media pernapasan sekunder, dan beberapa salamander kecil serta katak darat bahkan tidak memiliki paru-paru dan sepenuhnya bergantung pada kulit mereka untuk bernapas.
Meskipun tampak mirip dengan reptil seperti kadal, amfibi berbeda dari reptil dan amniota lainnya karena mereka memerlukan akses ke badan air untuk berkembang biak. Dengan kebutuhan reproduksi yang kompleks dan kulit yang mudah ditembus oleh air, amfibi sering dianggap sebagai indikator ekologis yang mencerminkan kondisi habitat. Dalam beberapa dekade terakhir, banyak spesies amfibi mengalami penurunan jumlah yang drastis di seluruh dunia.[7][8]
Amfibi pertama kali berkembang pada periode Devonian dari tetrapodomorph sarcopterygians (ikan dengan sirip berbentuk anggota tubuh) yang mengembangkan paru-paru primitif, yang membantu mereka beradaptasi dengan kehidupan di darat.[9] Mereka kemudian berkembang dan menjadi kelompok yang dominan secara ekologis selama periode Karboniferus dan Permian. Namun, mereka kemudian digantikan oleh reptil awal dan synapsida basal (nenek moyang mamalia) di lingkungan darat. Asal-usul amfibi modern (Lissamphibia), yang pertama kali muncul pada periode Trias Awal sekitar 250 juta tahun yang lalu, masih menjadi perdebatan.[10] [11]Hipotesis yang paling banyak diterima adalah bahwa mereka kemungkinan berasal dari kelompok temnospondyls, yaitu kelompok amfibi prasejarah yang paling beragam, yang hidup pada periode Permian.[12] Hipotesis lain mengatakan bahwa mereka berasal dari kelompok lepospondyls. Ada juga kelompok lain dari Lissamphibia, yaitu Albanerpetontidae, yang punah sekitar 2 juta tahun yang lalu.[13]
Semua amfibi yang masih ada saat ini termasuk dalam subclass monofiletik Lissamphibia, yang memiliki tiga ordo yang masih hidup, yaitu Anura (katak dan kodok), Urodela (salamander), dan Gymnophiona (caecilian).[14] Contoh amfibia yang terdapat di Indonesia adalah bangsa sesilia (Caecilia), serta bangsa kodok dan katak (Anura). [3]Sesilia adalah semacam amfibia tidak berkaki yang badannya serupa cacing besar atau belut. Satu lagi bangsa amfibia, yang tidak terdapat secara alami di Indonesia, adalah salamander.[15][16]
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama :0