Bagian dari seri tentang |
Anglikanisme |
---|
Portal Kekristenan |
Bagian dari seri |
Protestanisme |
---|
Portal Kristen |
Anglikanisme (bahasa Inggris: Anglicanism) adalah suatu tradisi di dalam Kekristenan yang terdiri dari Gereja Inggris dan gereja-gereja yang secara historis terkait dengannya ataupun memiliki keyakinan, praktik ibadah, dan struktur gereja yang serupa.[1] Kata Anglikan berasal dari ecclesia anglicana, sebuah frasa Latin Pertengahan yang berasal dari Magna Carta (1215)[2] dan masa sebelumnya,[3] yang berarti "Gereja Inggris".
Para penganut Anglikanisme disebut "umat Anglikan" (Anglicans). Sebagian besar umat Anglikan adalah anggota Gereja Anglikan nasional ataupun regional, dikenal sebagai provinsi gerejawi, sebagai bagian dari Komuni Anglikan internasional,[4] yang adalah persekutuan Kristen terbesar ketiga di dunia, setelah Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur.[5] Sebagaimana terlihat dari namanya, gereja-gereja dari Komuni Anglikan terhubungkan oleh ikatan tradisi, afeksi, dan loyalitas yang sama. Semuanya berada dalam persekutuan penuh dengan Takhta Canterbury, dan karenanya Uskup Agung Canterbury merupakan fokus khusus persatuan Anglikan sebagai primus inter pares. Sekali setiap dasawarsa ia menghimpun Konferensi Lambeth, memimpin pertemuan para primat, dan adalah Presiden Dewan Konsultatif Anglikan.[6][7] Namun, terdapat sejumlah gereja yang tidak termasuk dalam Komuni Anglikan yang memandang diri mereka sebagai Anglikan, seperti misalnya gereja-gereja Anglikan Berkelanjutan[8] dan gereja-gereja yang menjadi bagian dari gerakan penataan kembali Anglikan.
Para penganut Anglikan mendasarkan iman Kristen mereka pada Alkitab, tradisi-tradisi Gereja apostolik, suksesi apostolik ("episkopat historis"), dan tulisan-tulisan dari para Bapa Gereja.[1] Anglikanisme membentuk salah satu cabang Kekristenan Barat; secara definitif menyatakan keterlepasannya dari Takhta Suci pada saat Penyelesaian Keagamaan Elizabethan.[9] Banyak formularium baru Anglikan dari pertengahan abad ke-16 yang berhubungan erat dengan formularium Protestanisme kontemporer. Reformasi dalam Gereja Inggris ini dipahami oleh salah seorang dari mereka yang paling bertanggung jawab atasnya, Thomas Cranmer sebagai Uskup Agung Canterbury pada saat itu, sebagai mengarahkan suatu jalan tengah antara dua tradisi Protestan yang timbul, yaitu Lutheranisme dan Calvinisme.[10] Pada akhir abad tersebut, retensi dalam Anglikanisme atas banyak tata liturgis tradisional dan atas episkopatnya tidak dapat diterima oleh mereka yang mempromosikan prinsip-prinsip terbaru Protestan.
Pada paruh pertama abad ke-17, Gereja Inggris dan Gereja Irlandia yang terkait dengannya disajikan oleh beberapa rohaniwan Anglikan sebagai cakupan suatu tradisi Kristen yang berbeda, dengan berbagai teologi, struktur, dan tata ibadah yang merepresentasikan satu jenis jalan tengah atau via media yang berbeda antara Protestanisme dan Katolisisme Roma. Perspektif ini menjadi sangat berpengaruh dalam teori-teori identitas Anglikan selanjutnya dan diungkapkan dalam deskripsi Anglikanisme sebagai "Katolik dan Tereformasi" (Catholic and Reformed).[11] Tingkat perbedaan antara kecenderungan Protestan dan Katolik di dalam tradisi Anglikan merupakan bahan perdebatan rutin baik di dalam gereja-gereja Anglikan tertentu maupun di seluruh Komuni Anglikan. Kekhasan Anglikanisme adalah Buku Doa Umum, kumpulan tata ibadah yang digunakan dalam sebagian besar gereja Anglikan selama berabad-abad, dan dengan demikian diakui sebagai salah satu pertalian yang mengikat Komuni Anglikan bersama-sama.
Setelah Revolusi Amerika, jemaat Anglikan di Amerika Serikat dan Amerika Utara Britania (yang kelak membentuk dasar bagi negara modern Kanada) masing-masing dibentuk kembali menjadi gereja-gereja otonom dengan struktur-struktur swakelola dan uskup-uskup tersendiri, yaitu Gereja Episkopal Amerika Serikat dan Gereja Anglikan Kanada. Dengan perluasan Imperium Britania dan aktivitas misi Kristen, model ini diadopsi sebagai model bagi banyak gereja yang baru terbentuk pada saat itu, khususnya di Afrika, Australasia, dan Asia-Pasifik. Pada abad ke-19, istilah Anglikanisme diciptakan untuk mendeskripsikan tradisi religius bersama dari gereja-gereja tersebut; termasuk juga dari Gereja Episkopal Skotlandia, yang—meski bemula lebih awal di dalam Gereja Skotlandia—telah diakui sebagai berbagi identitas bersama ini.