Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. |
Demam zika | |
---|---|
Ruam akibat infeksi demam Zika | |
Informasi umum | |
Nama lain | Penyakit virus Zika, Zika, Infeksi virus Zika |
Pelafalan |
|
Spesialisasi | Penyakit menular |
Penyebab | Zika virus terutama disebarkan oleh nyamuk, juga dapat ditularkan melalui menular seksual |
Aspek klinis | |
Gejala dan tanda | Demam, mata merah, nyeri sendi, sakit kepala, ruam makulopapular, Kadang-kadang tidak bergejala |
Komplikasi | Sindrom Guillain–Barre, selama kehamilan dapat menyebabkan mikrosefali pada bayi |
Durasi | Jangka pendek |
Diagnosis | Cek darah, urin, atau air liur untuk virus RNA or darah antibodi |
Kondisi serupa | Cikungunya, malaria, demam berdarah, penyakit leptospira, campak |
Tata laksana | |
Pencegahan | Permetrin, DEET, Pikaridin, kondom pria |
Perawatan | Perawatan suportif, Umumnya tidak diperlukan pada kasus ringan |
Distribusi dan frekuensi | |
Kematian | ≥ 51 (2016–19)[1] |
Demam Zika adalah penyakit demam yang diakibatkan oleh virus Zika, sebuah virus dari genus Flavivirus. Penyakit ini terjadi akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti pada manusia. Gejala yang ditimbulkan akibat virus Zika sendiri mirip dengan penyakit demam berdarah dengan munculnya demam, radang pada selaput mata, nyeri sendi dan otot, serta munculnya ruam pada kulit.[2] Namun tidak semua orang merasakan gejala tersebut saat terinfeksi virus ini.[3][4] Hingga tahun 2015, belum ada kasus kematian selama infeksi tahap awal.[5] Infeksi demam Zika diindikasikan memiliki hubungan dengan sindrom Guillain–Barré.[5]
Saat mewabahnya virus Zika di sejumlah negara benua Amerika awal tahun 2016 hingga sekarang, penularan virus ini pada ibu hamil menyebabkan janin yang dikandungnya berpeluang terjangkit mikrosefalus, sebuah penyakit pengecilan otak.[6] Hingga Februari 2016, belum ada vaksin dan pengobatan tertentu yang mampu membasmi virus ini.[7]
Dokter yang merawat pasien akibat demam Zika hanya bisa menyembuhkan demam ini seperti gejala demam pada penyakit serupa demam berdarah.[8] Meskipun tidak ada penanganan khusus, parasetamol (asetaminofen) dapat membantu meredakan gejala.[9] Rawat inap di rumah sakit jarang diperlukan.[5] Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan mengurangi gigitan nyamuk di wilayah-wilayah yang terkena wabah penyakit ini.[9] Upaya-upaya ini termasuk penggunaaan penolak serangga, menutup sebagian besar tubuh dengan pakaian, kelambu, dan meniadakan genangan air karena merupakan tempat nyamuk berkembang-biak.[10] Belum ada vaksin yang efektif.[9] Pejabat kesehatan Brasil merekomendasikan pada 2015 agar para orang tua menunda kehamilan karena terjadinya wabah penyakit ini, dan wanita hamil disarankan untuk tidak bepergian ke wilayah-wilayah yang terjangkit.[9][11]
A systematic review of the literature was performed, showing 51 reported deaths associated with ZIKV infection in nine countries.