Song 宋 | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
960–1279 | |||||||||||
Song Utara pada tahun 1111 | |||||||||||
Status | Kekaisaran | ||||||||||
Ibu kota | Bianjing (汴京) (960–1127) Lin'an (臨安) (1127–1276) | ||||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Bahasa Tionghoa Pertengahan | ||||||||||
Agama | Buddhisme, Taoisme, Konfusianisme, Kepercayaan tradisional Tiongkok | ||||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||||
Kaisar | |||||||||||
• 960–976 | Kaisar Taizu | ||||||||||
• 1278–1279 | Kaisar Bing | ||||||||||
Menteri | |||||||||||
• – | Cai Jing, | ||||||||||
• – | Fan Zhongyan, | ||||||||||
• | Han Tuozhou, | ||||||||||
• – | Li Fang, | ||||||||||
• | Qin Hui, | ||||||||||
• | Sima Guang, | ||||||||||
Sejarah | |||||||||||
• Zhao Kuangyin menggulingkan Dinasti Zhou Akhir | 960 | ||||||||||
• Insiden Jingkang | 1127 | ||||||||||
• Penyerahan Lin'an | 1276 | ||||||||||
• Pertempuran Yamen, berakhirnya Dinasti Song | 1279 | ||||||||||
Luas | |||||||||||
Sekitar 962 | 1.050.000 km2 (410.000 sq mi) | ||||||||||
Sekitar 1111 | 2.800.000 km2 (1.100.000 sq mi) | ||||||||||
Sekitar 1142 | 2.000.000 km2 (770.000 sq mi) | ||||||||||
Populasi | |||||||||||
• 1120 | 118,800,000[a] | ||||||||||
Mata uang | Jiaozi, Huizi, Koin Tiongkok, Koin tembaga | ||||||||||
| |||||||||||
Sekarang bagian dari | Republik Rakyat Tiongkok Hong Kong Makau Vietnam | ||||||||||
Dinasti Song ([sʊ̂ŋ]; Min Hokien: 宋國, PŌJ: Sòng-kok; Hanzi: 宋朝; Pinyin: Sòng-cháo; W-G: Sung-ch'ao) adalah salah satu dinasti yang memerintah di Tiongkok antara tahun 960 sampai dengan tahun 1279 sebelum Tiongkok diinvasi oleh bangsa Mongol. Dinasti ini menggantikan periode Lima Dinasti dan Sepuluh Negara dan setelah kejatuhannya digantikan oleh Dinasti Yuan. Dinasti ini merupakan pemerintahan pertama di dunia yang mencetak uang kertas dan merupakan dinasti Tiongkok pertama yang mendirikan angkatan laut. Dalam periode pemerintahan dinasti ini pula, untuk pertama kalinya bubuk mesiu digunakan dalam peperangan dan kompas digunakan untuk menentukan arah utara.
Dinasti Song dibagi ke dalam dua periode berbeda, Song Utara dan Song Selatan. Semasa periode Song Utara (Hanzi: 北宋, 960–1127), ibu kota Song terletak di kota Bianjing (sekarang Kaifeng) dan dinasti ini mengontrol kebanyakan daerah Tiongkok dalam (daerah mayoritas suku Han). Song Selatan (Hanzi: 南宋, 1127–1279) merujuk pada periode setelah dinasti Song kehilangan kendali atas Tiongkok Utara yang direbut oleh Dinasti Jin. Pada masa periode ini, pemerintahan Song mundur ke selatan Sungai Yangtze dan mendirikan ibu kota di Lin'an (sekarang Hangzhou). Walaupun Dinasti Song telah kehilangan kendali atas daerah asal kelahiran kebudayaan Tiongkok yang berpusat di sekitar Sungai Kuning, ekonomi Dinasti Song tidaklah jatuh karena 60 persen populasi Tiongkok berada di daerah kekuasaan Song Selatan dan mayoritas daerah kekuasaannya merupakan tanah pertanian yang produktif.[1] Dinasti Song Selatan meningkatkan kekuatan angkatan lautnya untuk mempertahankan daerah maritim dinasti Song. Untuk mendesak Jin dan bangsa Mongol, dinasti Song mengembangkan teknologi militer yang menggunakan bubuk mesiu. Pada tahun 1234, Dinasti Jin ditaklukkan oleh bangsa Mongol. Möngke Khan, khan keempat kekaisaran Mongol, meninggal pada tahun 1259 dalam penyerangan ke sebuah kota di Chongqing. Saudara lelakinya, Kublai Khan kemudian dinyatakan sebagai khan yang baru, walaupun klaim ini hanya diakui oleh sebagian bangsa Mongol di bagian Barat. Pada tahun 1271, Kubilai Khan dinyatakan sebagai Kaisar Tiongkok.[2] Setelah peperangan sporadis selama dua dasawarsa, tentara Kubilai Khan berhasil menaklukkan dinasti Song pada tahun 1279. Tiongkok kemudian disatukan kembali di bawah Dinasti Yuan (1271–1368).[3]
Dinasti Song melakukan penyatuan dan membuat Tiongkok pada masa dinasti Song menjadi kerajaan terkaya, paling berkeahlian, dan paling padat di bumi.[4] Populasi Tiongkok meningkat dua kali lipat semasa abad ke-10 dan ke-11. Pertumbuhan ini didukung oleh perluasan pertanian padi di Tiongkok tengah dan selatan, penggunaan kultivar padi genjah dari Asia Selatan dan Tenggara (Vietnam), dan surplus produksi bahan pangan.[1][5] Sensus Dinasti Song Utara mencatat penduduk sekitar 50 juta. Angka ini menyamai populasi Tiongkok pada saat Dinasti Han dan Dinasti Tang. Data ini diperoleh dari sumber catatan Dua Puluh Empat Sejarah (Hanzi: 二十四史). Namun demikian, diperkirakan bahwa Dinasti Song Utara berpopulasi sekitar 100 juta jiwa.[6] Pertumbuhan populasi yang dramatis ini memacu revolusi ekonomi Tiongkok pramodern. Populasi yang meningkat ini merupakan salah satu penyebab lepasnya secara perlahan peranan pemerintah pusat dalam mengatur ekonomi pasar. Populasi yang besar ini juga meningkatkan pentingnya peranan para bangsawan rendah dalam menjalankan administrasi pemerintahan tingkat bawah.
Kehidupan sosial semasa Dinasti Song cukup bergairah. Elite-elite sosial saling berkumpul untuk memamerkan dan memperdagangkan karya-karya seni berharga, masyarakat saling berkumpul dalam festival-festival publik dan klub-klub pribadi, dan di kota-kota terdapat daerah perempatan dengan hiburan yang semarak. Penyebaran ilmu dan literatur didorong oleh pemutakhiran teknik percetakan balok kayu yang sudah ada dan penemuan percetakan huruf lepas pada abad ke-11. Teknologi, sains, filsafat, matematika, dan ilmu teknik pra-modern berkembang dengan pesat pada masa Dinasti Song. Walaupun institusi seperti ujian pegawai sipil telah ada sejak masa Dinasti Sui, institusi ini menjadi lebih menonjol pada periode Song. Hal inilah yang menjadi faktor utama bergesernya elite bangsawan menjadi elite birokrat.
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama ebrey et al 2006 167