Invasi Islandia | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Dunia II | |||||||
Tujuan Britania pada awalnya adalah menghancurkan tempat pendaratan (biru) dan mengamankan pelabuhan-pelabuhan penting (merah) | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Britania Raya | Islandia | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Robert Sturges |
Hermann Jónasson Einar Arnalds | ||||||
Kekuatan | |||||||
Britania: 746 marinir 4 kapal perang |
60 polisi 300 cadangan tak terlatih | ||||||
Korban | |||||||
1 bunuh diri dalam perjalanan | Tidak ada | ||||||
Beberapa warga Jerman ditangkap |
Invasi Islandia atau Operasi Fork adalah sebuah operasi militer yang dilancarkan oleh Britania Raya selama Perang Dunia II dengan tujuan untuk menduduki Islandia agar tidak diambil terlebih dahulu oleh Jerman Nazi. Pada permulaan perang, Britania mengendalikan ekspor barang-barang Islandia dengan mencegah pengiriman barang yang dapat menguntungkan Jerman. Britania menawarkan bantuan kepada Islandia dan mengajak kerjasama sebagai "negara yang terlibat dalam perang dan sekutu", tetapi Reykjavik menolak dan menegaskan kembali kenetralannya. Keberadaan diplomat Jerman di Islandia dan kepentingan strategis pulau ini mengkhawatirkan Britania.[1] Setelah gagal meyakinkan pemerintah Islandia untuk bergabung dengan Sekutu, Britania menyerbu pulau tersebut pada pagi hari tanggal 10 Mei 1940. Pasukan yang terdiri dari 746 marinir yang dipimpin oleh Kolonel Robert Sturges ini mendarat di ibu kota Islandia di Reykjavík. Mereka tidak menghadapi perlawanan dan segera mematikan jaringan komunikasi, mengamankan lokasi-lokasi strategis, dan menangkap warga-warga Jerman. Dengan menggunakan transportasi lokal, mereka bergerak ke Hvalfjörður, Kaldaðarnes, Sandskeið, dan Akranes untuk mengamankan tempat pendaratan dan mengantisipasi serangan balasan Jerman.