Kacang tanah | |
---|---|
Arachis hypogea | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Plantae |
Klad: | Tracheophyta |
Klad: | Angiospermae |
Klad: | Eudikotil |
Klad: | Rosid |
Ordo: | Fabales |
Famili: | Fabaceae |
Subfamili: | Faboideae |
Genus: | Arachis |
Spesies: | A. hypogaea
|
Nama binomial | |
Arachis hypogaea | |
Sinonim | |
Arachis tuberosa Benth. |
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman anggota suku Fabaceae yang dibudidayakan, serta menjadi kacang-kacangan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia.[1] Tanaman yang berasal dari benua Amerika ini tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dengan daun-daun kecil tersusun majemuk.[1]
Tanaman ini adalah satu di antara dua jenis tanaman budidaya selain kacang bogor, Voandziea subterranea yang buahnya mengalami pemasakan di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses pematangan biji terganggu.[1]
Di Indonesia, ia dikenal pula sebagai kacang una, suuk (Sd.), kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, serta kacang banggala. Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai bahasa Inggris: peanut, groundnut. Kacang tanah termasuk tanaman polong-polongan yang banyak tumbuh di Pulau Jawa dan Bali, serta seluruh Indonesia.[2] Berbeda dengan jenis polong-polongan pada umumnya, kacang tanah tidak tumbuh merambat dan buahnya tumbuh di bawah tanah.[2] Banyak masakan Jawa dan Bali yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan utama maupun untuk membuat sausnya, salah satunya sate madura.[2]