Kekristenan pada abad ke-3 kebanyakan adalah masa Bapa-Bapa Ante-Nikea yang menulis setelah Bapa-Bapa Apostolik dari abad ke-1 dan ke-2 namun sebelum Konsili Nikea Pertama pada tahun 325 (ante-nicene artinya sebelum Nikea).
Saat Kekaisaran Romawi mengalami Krisis Abad Ketiga, kaisar Desius mengambil tindakan untuk memulihkan stabilitas dan persatuan, termasuk mewajibkan warga Romawi untuk menunjukkan kesetiaan mereka melalui upacara-upacara keagamaan yang ditujukan kepada pemujaan kekaisaran. Pada tahun 212, kewarganegaraan universal diberikan kepada seluruh penduduk merdeka di kekaisaran tersebut, dengan edik Desius memberlakukan penyelarasan agama pada 250, warga Kristen menghadapi konflik berkesinambungan: warga manapun yang menolak ikut serta dalam supplicatio di seluruh belaahn kekaisaran akan menghadapi hukuman mati.[1] Meskipun hanya berlangsung setahun,[2] penindasan Desius menjadi keberlanjutan dari kebijakan kekaisaran sebelumnya agar umat Kristen dicari dan dihukum karena ketidaksetiaan.[3] Bahkan di bawah kekaisaran Desius, umat Kristen ortodoks menjadi subyek penangkapan hanya untuk penolakan mereka untuk ikut serta dalam agama wajib Romawi, dan tak dilarang untuk mengadakan ibadah. Gnostik tampaknya tak ditindas.[4]
Kekristenan berkembang dalam empat dasawarsa yang dikenal sebagai "Perdamaian Kecil Gereja", bermula dengan masa pemerintahan Gallienus (253–268), yang mengeluarkan edik toleransi resmi pertama terhadap agama Kristen.[5] Era tersebut berakhir saat Diokletianus meluncurkan Penindasan "Besar" dan terakhir pada tahun 303.