Kesultanan Bolango Pohala'a Bolango | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
1482–1862 | |||||||
Lambang Kesultanan Bolango yang terukir pada makam Sultan Ibrahim Duawulu bergelar Ti Hubulo atau disebut Raja Gobel | |||||||
Ibu kota | Tapa | ||||||
Bahasa yang umum digunakan | Bahasa Bolango | ||||||
Agama | Sunni Islam | ||||||
Pemerintahan | Monarki Konstitusional | ||||||
Raja/Sultan | |||||||
• 1482 - 1535 | Raja Datau | ||||||
• 1752 - 1772 | Raja Ibrahim Duawulu atau Ti Hubulo bergelar Ti Aulia Salihin | ||||||
• 1857-1862 | Raja Tilahunga atau Abdullatif bin Muhammad Saleh Tilahunga Wadipalapa | ||||||
Sejarah | |||||||
• Didirikan | 1482 | ||||||
• Berakhir | 1862 | ||||||
| |||||||
Kesultanan Bolango atau sering disebut juga Kerajaan Bolango atau Kerajaan Bulango merupakan salah satu kerajaan yang tumbuh dan berkembang di Semenanjung Utara, Pulau Sulawesi, Indonesia. Kerajaan ini bermula di daerah Tapa, Gorontalo hingga ke sebagian wilayah Bolaang Mongondow di Sulawesi utara.[1]
Dalam catatan sejarah, Kesultanan Bolango merupakan salah satu Kerajaan di Gorontalo yang keras menentang hadirnya penjajah Belanda di Pulau Sulawesi. Selain itu, para pembesar negeri dari Kesultanan Bolango juga berperan dalam dakwah dan penyebaran agama Islam di wilayah itu.
Salah satu Raja Bolango yang mahsyur dan terkenal adalah Sultan Ibrahim Duawulu atau dikenal masyarakat dengan nama "Raja Hubulo" atau "Raja Gobel" yang bergelar "Ti Aulia Salihin" yang berarti Sang Aulia yang taat menjalan syariat agama Islam.[2] Adapun tokoh nasional Rachmat Gobel merupakan keturunan dari Raja Hubulo yang dapat ditelusuri dari nasab Ayahnya, Thayeb Mohammad Gobel.