Koloni Natal | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1843–1910 | |||||||||||
Status | Imperium Britania Raya | ||||||||||
Ibu kota | Pietermaritzburg | ||||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Inggris, Belanda, Afrikaans, Xhosa, Zulu, Tionghoa, Mandarin, Urdu, Hindi, Awadhi, Bhojpur, Gujarat, Telugu, Tamil | ||||||||||
Kelompok etnik (1904) |
| ||||||||||
Agama | Anglikan, Reformasi Belanda, Presbyterian, Katolik Roma, Islam, Hindu, Agama tradisional Afrika | ||||||||||
Pemerintahan | Monarki Konstitusional | ||||||||||
Monarki | |||||||||||
• 1843–1901 | Victoria | ||||||||||
• 1901–1910 | Edward VII | ||||||||||
Special Commissioner | |||||||||||
• 1843-1844 | Henry Cloete | ||||||||||
• 1844-1910 | Paul Methuen, 3rd Baron Methuen | ||||||||||
Era Sejarah | Imperialisme | ||||||||||
• Didirikan | 4 Mei 1843 | ||||||||||
• Mencaplok wilayah Kerajaan Zulu | 1897 | ||||||||||
• Dibubarkan | 1910 | ||||||||||
• Provinsi Natal didirikan | 31 Mei 1910 | ||||||||||
Luas | |||||||||||
- Total | 91,610 km2 (35,370 sq mi) km2 | ||||||||||
1904[1] | 91.610 km2 (35.370 sq mi) | ||||||||||
Populasi | |||||||||||
• 1904[1] | 1,108,754 | ||||||||||
| |||||||||||
Sekarang bagian dari | Afrika Selatan | ||||||||||
Koloni Natal adalah sebuah koloni Britania yang terletak di Afrika bagian selatan. Wilayah ini dinyatakan sebagai koloni Britania pada tanggal 4 Mei 1843 setelah pemerintah Britania menganeksasi Republik Natalia. Pada tanggal 31 Mei 1910, wilayah ini digabung dengan tiga koloni lain menjadi Uni Afrika Selatan dan Natal menjadi salah satu provinsinya.[2] Wilayah koloni ini kini merupakan bagian dari provinsi KwaZulu-Natal di Afrika Selatan.[3]
Wilayah koloni ini pada awalnya hanya setengah dari luas provinsi Kwazulu-Natal saat ini. Batas timur lautnya adalah Sungai Tugela dan Buffalo, dan di luar perbatasan tersebut berdiri Kerajaan Zulu).[2]
Akibat meletusnya konflik dengan Zulu, kota Durban terpaksa dievakuasi, dan pada akhirnya orang-orang Boer menerima kekuasaan Britania pada tahun 1844 di bawah tekanan militer yang besar. Gubernur Britania diutus ke wilayah ini dan banyak pemukim yang datang dari Eropa dan Koloni Tanjung. Britania mendirikan industri gula di tempat ini pada tahun 1860-an. Pemilik lahan tidak berhasil membujuk orang-orang Zulu untuk bekerja di perkebunan mereka, sehingga Britania mengirim ribuan pekerja dari India.[2] Akibatnya, Durban menjadi salah satu kota dengan konsentrasi orang India terbesar di luar India.[4]