Kurma | |
---|---|
![]() | |
Awatara Wisnu yang berwujud kura-kura | |
Ejaan Dewanagari | कुर्म |
Ejaan IAST | Kurma |
Nama lain | Akupara |
Golongan | Awatara Wisnu |
Senjata | Cakram atau gada |
Mantra | Om Kurmaya Namaḥ |
Dalam agama Hindu, Kurma (Dewanagari: कुर्म; IAST: Kurma ) adalah awatara (penjelmaan) kedua dewa Wisnu yang berwujud kura-kura raksasa. Awatara ini muncul pada masa Satyayuga. Kurma disebut pula sebagai Akupara (Dewanagari: अकूपार; IAST: Akupāra ), yang berarti "kura-kura" atau "berbentuk kura-kura".[1][2][3][4]
Menurut berbagai kitab Purana, Wisnu mengambil wujud seekor kura-kura (kurma) dan mengapung di lautan susu (Ksirasagara atau Ksirarnawa). Di dasar laut tersebut terdapat harta karun dan tirta amerta yang dapat membuat peminumnya hidup abadi. Para dewa dan asura berlomba-lomba mendapatkannya. Untuk mengaduk laut tersebut, mereka membutuhkan alat dan sebuah gunung yang bernama Mandara digunakan untuk mengaduknya. Para dewa dan asura mengikat gunung tersebut dengan naga Wasuki dan memutarnya. Kurma menopang dasar gunung tersebut dengan tempurungnya. Dewa Indra memegang puncak gunung tersebut agar tidak terangkat ke atas. Setelah sekian lama tirta amerta berhasil didapat dan Dewa Wisnu mengambil alih.
Kurma juga nama dari seorang resi, putra Gretsamada.