3Li Litium | ||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Sifat umum | ||||||||||||||||
Pengucapan | /litium/[1] | |||||||||||||||
Penampilan | putih keperakan | |||||||||||||||
Litium dalam tabel periodik | ||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
Nomor atom (Z) | 3 | |||||||||||||||
Golongan | golongan 1 (logam alkali) | |||||||||||||||
Periode | periode 2 | |||||||||||||||
Blok | blok-s | |||||||||||||||
Kategori unsur | logam alkali | |||||||||||||||
Berat atom standar (Ar) |
| |||||||||||||||
Konfigurasi elektron | [He] 2s1 | |||||||||||||||
Elektron per kelopak | 2, 1 | |||||||||||||||
Sifat fisik | ||||||||||||||||
Fase pada STS (0 °C dan 101,325 kPa) | padat | |||||||||||||||
Titik lebur | 453,65 K (180,50 °C, 356,90 °F) | |||||||||||||||
Titik didih | 1603 K (1330 °C, 2426 °F) | |||||||||||||||
Kepadatan mendekati s.k. | 0,534 g/cm3 | |||||||||||||||
saat cair, pada t.l. | 0,512 g/cm3 | |||||||||||||||
Titik kritis | 3220 K, 67 MPa (diekstrapolasi) | |||||||||||||||
Kalor peleburan | 3,00 kJ/mol | |||||||||||||||
Kalor penguapan | 136 kJ/mol | |||||||||||||||
Kapasitas kalor molar | 24,860 J/(mol·K) | |||||||||||||||
Tekanan uap
| ||||||||||||||||
Sifat atom | ||||||||||||||||
Bilangan oksidasi | +1 (oksida basa kuat) | |||||||||||||||
Elektronegativitas | Skala Pauling: 0,98 | |||||||||||||||
Energi ionisasi | ke-1: 520,2 kJ/mol ke-2: 7298,1 kJ/mol ke-3: 11815,0 kJ/mol | |||||||||||||||
Jari-jari atom | empiris: 152 pm perhitungan: 167 pm | |||||||||||||||
Jari-jari kovalen | 128±7 pm | |||||||||||||||
Jari-jari van der Waals | 182 pm | |||||||||||||||
Lain-lain | ||||||||||||||||
Kelimpahan alami | primordial | |||||||||||||||
Struktur kristal | kubus berpusat badan (bcc) | |||||||||||||||
Kecepatan suara batang ringan | 6000 m/s (suhu 20 °C) | |||||||||||||||
Ekspansi kalor | 46 µm/(m·K) (suhu 25 °C) | |||||||||||||||
Konduktivitas termal | 84,8 W/(m·K) | |||||||||||||||
Resistivitas listrik | 92,8 n Ω·m (suhu 20 °C) | |||||||||||||||
Arah magnet | paramagnetik | |||||||||||||||
Suseptibilitas magnetik molar | +14,2×10−6 cm3/mol (298 K)[2] | |||||||||||||||
Modulus Young | 4,9 GPa | |||||||||||||||
Modulus Shear | 4,2 GPa | |||||||||||||||
Modulus curah | 11 GPa | |||||||||||||||
Skala Mohs | 0,6 | |||||||||||||||
Nomor CAS | 7439-93-2 | |||||||||||||||
Sejarah | ||||||||||||||||
Penemuan | Johan A. Arfwedson (1817) | |||||||||||||||
Isolasi pertama | William T. Brande (1821) | |||||||||||||||
Isotop litium yang utama | ||||||||||||||||
| ||||||||||||||||
Kelimpahan 6Li kemungkinan hanya sebesar 3,75% di alam. Oleh karena itu, 7Li memiliki kelimpahan sampai dengan 96,25%. | ||||||||||||||||
Litium (bahasa Latin: lithium) adalah unsur kimia dengan lambang Li dan nomor atom 3. Kata "litium" berasal dari bahasa Yunani: λίθος lithos, yang berarti "batu". Litium merupakan logam alkali lunak berwarna putih keperakan. Di bawah kondisi standar, litium menjadi logam paling ringan sekaligus unsur padat yang paling ringan. Seperti semua logam alkali, litium sangat reaktif dan mudah terbakar, serta disimpan dalam minyak mineral. Ketika dipotong sehingga bagian dalamnya terbuka, ia menunjukkan kilau logam, tetapi udara lembap menodainya dengan cepat menjadi kusam abu-abu keperakan, lalu membentuk noda hitam. Litium tidak pernah terdapat sebagai unsur bebas di alam, tapi hanya sebagai senyawa (biasanya ionik), seperti mineral pegmatit yang dulunya merupakan sumber utama litium. Ia hadir dalam air laut dan biasanya diperoleh dari air asin, karena kelarutannya sebagai ion. Logam litium diisolasi secara elektrolisis dari campuran litium klorida dan kalium klorida.
Inti atom litium bergetar pada ketidakstabilan, karena dua isotop litium stabil yang ditemukan di alam memiliki energi ikatan paling rendah per nukleon dari semua nuklida stabil. Litium kurang melimpah di tata surya dibandingkan dengan 25 unsur dari 32 unsur kimia pertama meskipun nukleanya sangat ringan, karena ketidakstabilan nuklir relatifnya: ini adalah pengecualian dari tren bahwa semakin berat nuklei, semakin kecil kelimpahannya.[3] Berdasarkan alasan tersebut, litium memiliki kegunaan penting dalam fisika nuklir. Transmutasi atom litium menjadi helium pada tahun 1932 adalah reaksi nuklir buatan manusia pertama, dan litium-6 deuterida berfungsi sebagai bahan bakar fusi dalam senjata termonuklir yang dipamerkan.[4]
Litium dan senyawanya memiliki beberapa aplikasi industri, termasuk kaca dan keramik tahan panas, pelumas gemuk litium, aditif fluks untuk produksi besi, baja dan aluminium, baterai litium, dan baterai litium-ion. Penggunaan ini mengkonsumsi lebih dari tiga perempat produksi litium.
Sumber utama litium pangan adalah biji-bijian dan sayuran; di beberapa daerah, air minum juga mengandung jumlah yang signifikan. Manusia mengasupnya dalam jumlah yang sangat bervariasi, tergantung lokasi dan diet. Litium telah terdeteksi pada organ tubuh manusia dan jaringan janin sejak akhir abad ke-19, memicu spekulasi mengenai fungsi spesifiknya. Setelah satu abad berikutnya, diperoleh bukti eksperimental. Dalam penelitian pada era 1970an–1990an, tikus dan kambing dengan diet rendah litium memiliki mortalitas yang lebih tinggi, serta kelainan reproduksi dan perilaku. Pada manusia tidak ada penyakit defisiensi litium yang didefinisikan, namun asupan litium rendah dari persediaan air dikaitkan dengan peningkatan angka bunuh diri, pembunuhan dan tingkat penangkapan untuk penggunaan narkoba dan kejahatan lainnya. Kandungan litium yang tinggi pada embrio awal menunjukkan peran penting selama perkembangan janin. Mekanisme biokimia dari aksi litium tampaknya terkait banyak faktor dan berkorelasi dengan fungsi beberapa enzim, hormon dan vitamin, serta faktor pertumbuhan dan transformasi. Bukti saat ini tampaknya cukup untuk menerima litium sebagai esensial; AKG sementara untuk 70 kg orang dewasa disarankan 1.000 μg/hari.[5][6]
Garam litium telah terbukti bermanfaat sebagai obat suasana hati (mood) dalam pengobatan gangguan bipolar pada manusia.