Malcolm Turnbull | |
---|---|
![]() | |
Perdana Menteri Australia ke-29 | |
Masa jabatan 15 September 2015 – 24 Agustus 2018 | |
Penguasa monarki | Elizabeth II |
Gubernur Jenderal | Peter Cosgrove |
Wakil | Warren Truss Barnaby Joyce Michael McCormack |
Ketua Partai Liberal | |
Mulai menjabat 14 September 2015 | |
Wakil | Julie Bishop |
Masa jabatan 16 September 2008 – 1 Desember 2009 | |
Wakil | Julie Bishop |
Menteri Komunikasi | |
Masa jabatan 18 September 2013 – 15 September 2015 | |
Perdana Menteri | Tony Abbott |
Ketua Oposisi | |
Masa jabatan 16 September 2008 – 1 Desember 2009 | |
Wakil | Julie Bishop |
Menteri Lingkungan dan Air | |
Masa jabatan 30 January 2007 – 3 Desember 2007 | |
Perdana Menteri | John Howard |
Anggota Parlemen Australia dapil Wentworth | |
Masa jabatan 9 Oktober 2004 – 31 Agustus 2018 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Malcolm Bligh Turnbull 24 Oktober 1954 Sydney, Australia |
Partai politik | Partai Liberal |
Afiliasi politik lainnya | Koalisi |
Suami/istri | Lucy Hughes |
Anak | Alex Daisy |
Pendidikan | Vaucluse Public School Sydney Grammar School Universitas Sydney Brasenose College, Oxford |
Situs web | Official website |
Penghargaan
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() | |
![]() ![]() |
Malcolm Bligh Turnbull (lahir 24 Oktober 1954) adalah Perdana Menteri Australia sekaligus Ketua Partai Liberal. Ia akan menggantikan Tony Abbott sebagai perdana menteri Australia ke-29 setelah dilantik oleh Gubernur Jenderal Sir Peter Cosgrove. Ia terpilih sebagai anggota parlemen mewakili divisi federal Wentworth pada pemilu federal 2004.
Turnbull bersekolah di Sydney Grammar School, lalu melanjutkan pendidikannya di Universitas Sydney dan mendapatkan gelar di bidang kesenian dan hukum. Ia kemudian kuliah di Brasenose College, Oxford, sebagai penerima beasiswa Rhodes Scholarship, dan mendapatkan gelar Bachelor of Civil Law. Sebelum memasuki dunia politik, Turnbull bekerja sebagai wartawan, pengacara, bankir investasi, dan pemodal usaha. Ia menjadi Ketua Gerakan Republik Australia sejak tahun 1993 sampai 2000.
Setelah menjabat sebagai menteri di kabinet pemerintahan Howard, Turnbull diangkat sebagai Ketua Partai Liberal sekaligus Ketua Oposisi pada September 2008. Pada November 2009, Partai Liberal terbelah setelah ia meminta partai mendukung Skema Pengurangan Polusi Karbon yang diusung oleh pemerintahan Partai Buruh. Dalam pemilihan ketua partai bulan Desember, Turnbull dikalahkan oleh Tony Abbott dengan selisih satu suara. Walaupun sempat memikirkan untuk meninggalkan dunia politik, Turnbull memilih untuk melanjutkan karirnya dan kemudian dilantik oleh Abbott sebagai Menteri Komunikasi Australia setelah kemenangan Koalisi Liberal/Nasional di pemilihan umum federal Australia 2013. Turnbull menjabat sebagai Menteri Komunikasi di kabinet pemerintahan Abbott sejak 2013 sampai September 2015.
Setelah mengamati hasil survei yang tidak menguntungkan koalisi pemerintahan, ia kemudian mengundurkan diri untuk merebut jabatan ketua partai dari Abbott. Dalam pemilihan ketua 2015, Turnbull mengalahkan Abbott dengan perolehan 54 suara versus 44 suara. Ia kemudian dilantik sebagai perdana menteri pada hari yang sama. Pemerintahan Turnbull menginisiasi program Agenda Nasional Inovasi dan Sains sebagai kebijakan ekonomi pentingnya, mendorong pendidikan STEM, menambah modal ventura untuk perusahaan rintisan dan meluncurkan "boom ide".[2] Turnbull juga meluncurkan "penawaran kota" dengan pemerintah lokal dan negara bagian untuk meningkatkan hasil perencanaan dan mendorong investasi ke dalam beberapa proyek infrastruktur seperti Bandara Udara Sydney Barat.[3] Pada 2016, Turnbull memimpin Koalisi atas kemenangan tipis di pemilihan pembubaran ganda.[4] Pada masa jabatan keduanya, Turnbull menginisiasi dan berkampanye plebisit perkawinan sesama jenis dimana ia secara aktif berkampanye untuk opsi "Ya" yang menang di plebisit tersebut. Turnbull juga mengumumkan Snowy Hydro 2.0, perluasan besar-besaran dari Snowy Mountains Scheme sebagai komponen kunci dalam memungkinkan transisi ke energi terbarukan.[5] Pada akhir tahun 2017, pemerintah mengalami krisis kelayakan parlemen yang menyebabkan lima belas anggota parlemen terpaksa keluar dari Parlemen karena kekhawatiran mengenai kewarganegaraan ganda.
Untuk mengatasi perubahan iklim dan mereformasi kebijakan energi, pada Agustus 2018 Turnbull mengusulkan Jaminan Energi Nasional. Meski awalnya disetujui Kabinet, kebijakan tersebut akhirnya ditolak oleh majelis partai. Hal ini, ditambah dengan jajak pendapat yang buruk, menyebabkan Peter Dutton menantang Turnbull untuk kepemimpinan Liberal. Meskipun Turnbull mengalahkan Dutton di ruang partai, mayoritas anggota parlemen menuntut tumpahan kedua, namun Turnbull tidak menentangnya. Pada 24 Agustus 2018, Scott Morrison mengalahkan Dutton dan Julie Bishop dalam kontes tersebut, dan menggantikan Turnbull sebagai perdana menteri. Turnbull mengundurkan diri dari Parlemen, memicu pemilihan sela di bekas kursinya di Wentworth.[6] Partai Liberal kalah dalam pemilihan sela dari kandidat independen Kerryn Phelps, yang mengakibatkan Koalisi kehilangan mayoritas absolutnya di Dewan Perwakilan Rakyat.
Sejak pensiun dari dunia politik, Turnbull telah menjadi penasihat Kasada, sebuah perusahaan rintisan keamanan siber Australia.[7] Dia kritis terhadap arah Partai Liberal, dan bergabung dengan mantan lawannya Kevin Rudd dalam mengkritik dominasi News Corp milik Rupert Murdoch dalam debat politik Australia.