Perang Semak Rhodesia Chimurenga Kedua Perang Pembebasan Zimbabwe | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Situasi politik setelah kemerdekaan Angola dan Mozambik pada tahun 1975. Rhodesia ditandai dengan warna hijau, Negara-negara yang membantu para gerilyawan nasionalis berwarna merah dan sekutu pemerintahan di Rhodesia (Afrika Selatan pada masa apartheid dan dependensinya Afrika Barat Daya) ditandai dengan warna biru. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Rhodesia FROLIZI (semenjak Maret 1978) |
ZANLA (ZANU) ZIPRA (ZAPU)[4] FROLIZI (hingga Maret 1978) | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Elizabeth II** (semenjak Maret 1978)[6] James Chikerema (semenjak Maret 1978)[6][7] Hendrik Verwoerd B.J. Vorster P.W. Botha |
Herbert Chitepo Joshua Nkomo | ||||||
Kekuatan | |||||||
1979:[8] 10.800 pasukan reguler 15.000 pasukan cadangan 8.000 polisi 19.000 polisi cadangan |
1979:[9] 1979:[8] | ||||||
Korban | |||||||
1.361 petugas keamanan Rhodesia tewas | 10.000+ gerilyawan tewas | ||||||
7.790 warga kulit hitam tewas[9] *Britania tidak terlibat dalam perang tetapi Rhodesia merupakan koloni Britania hingga kemerdekaannya yang tidak diakui pada tahun 1965. Rhodesia masih dianggap sebagai koloni Britania hingga tahun 1980, ketika negara tersebut berubah menjadi Zimbabwe. **Elizabeth II tidak menganggap dirinya sebagai Ratu Rhodesia, negara tersebut kemudian menjadi republik pada tahun 1970. |
Perang Semak Rhodesia—juga disebut Chimurenga Kedua atau Perang Pembebasan Zimbabwe—adalah perang saudara yang berlangsung dari Juli 1964 hingga Desember 1979 di Rhodesia yang tidak diakui oleh dunia internasional (sekarang disebut Zimbabwe).[10] Konflik ini melibatkan tiga pihak: pemerintah Rhodesia di bawah kepemimpinan Ian Smith (kemudian pemerintah Rhodesia Zimbabwe di bawah Uskup Abel Muzorewa); Pasukan Pembebasan Nasional Afrika Zimbabwe yang merupakan militer Uni Nasional Afrika Zimbabwe yang dipimpin oleh Robert Mugabe; dan Pasukan Revolusioner Rakyat Zimbabwe yang merupakan militer Uni Rakyat Afrika Zimbabwe yang dipimpin oleh Joshua Nkomo.
Pada tahun 1978, Internal Settlement ditandatangani oleh Smith dan Muzorewa. Berkat perjanjian ini, hak suara universal ditetapkan pada Juni 1979 dan kekuasaan minoritas kulit putih di Rhodesia diakhiri. Nama Rhodesia kemudian diganti menjadi Rhodesia Zimbabwe yang dipimpin oleh pemerintahan kulit hitam. Namun, orde baru ini gagal memperoleh pengakuan internasional dan perang masih berlanjut.
Negosiasi Antara pemerintah Rhodesia Zimbabwe, Britania dan "Barisan Patriotik" di bawah Mugabe dan Nkomo berlangsung di Lancaster House, London, pada Desember 1979, dan kemudian Persetujuan Lancaster House ditandatangani. Sesudahnya, negara ini dikendalikan oleh Britania untuk sementara waktu dan pemilihan umum diadakan di bawah pengawasan Britania dan Persemakmuran pada Maret 1980. ZANU memenangkan pemilihan umum dan Mugabe menjadi Perdana Menteri Zimbabwe pertama pada 18 April 1980 saat kemerdekaan Zimbabwe diakui oleh dunia internasional.