Sarwo Edhie Wibowo | |
---|---|
Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan | |
Masa jabatan Mei 1973 – Mei 1978 | |
Presiden | Soeharto |
Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih | |
Masa jabatan 2 Juli 1968 – 20 Februari 1970 | |
Presiden | Soeharto |
Panglima Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan | |
Masa jabatan 25 Juni 1967 – 2 Juli 1968 | |
Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat ke-5 | |
Masa jabatan 1964–1967 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Pangenjuru, Purworejo, Jawa Tengah, Hindia Belanda | 25 Juli 1925
Meninggal | 9 November 1989 Jakarta, Indonesia | (umur 64)
Suami/istri | Sunarti Sri Hadiyah |
Hubungan |
|
Anak | 7, termasuk: |
Pekerjaan | Tentara |
Karier militer | |
Pihak |
|
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1942—1975 |
Pangkat | Letnan Jenderal TNI |
NRP | 11001[1] |
Satuan | Infanteri (RPKAD) |
Sunting kotak info • L • B |
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo (25 Juli 1925 – 9 November 1989) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia adalah ayah dari Kristiani Herrawati, ibu negara Republik Indonesia, yang merupakan istri dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia juga ayah dari mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo. Ia memiliki peran yang sangat besar dalam penumpasan Pemberontakan Gerakan 30 September dalam posisinya sebagai panglima RPKAD (atau disebut Kopassus pada saat ini). Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua BP-7 Pusat, Duta besar Indonesia untuk Korea Selatan serta menjadi Gubernur AKABRI.