Steroid anabolik, juga dikenal lebih baik sebagai steroid anabolik-androgenik (SAA),[1] merupakan androgen steroidal yang didalamnya termasuk androgen alami seperti testosteron serta zat sintetis yang secara strutural berhubungan dan memiliki efek yang serupa dengan testosteron. Mereka merupakan anabolik dan meningkatkan protein di dalam sel, khususnya dalam otot rangka. SSA juga memiliki beragam tingkat efek androgenik dan virilisasi, termasuk induksi pengembangan dan pemeliharaan karakteristik seksual sekunder maskulin seperti pertumbuhan pita suara dan rambut tubuh. Kata anabolik, merujuk pada anabolisme, yang berasal dari Bahasa Yunani ἀναβολή anabole, "yang mana ia dilemparkan ke atas, gundukan." Mereka adalah salah satu dari tiga jenis hormon seks agonis, yang lainnya adalah estrogen seperti estradiol dan progestogen seperti progesteron.
SSA disintesis pada tahun 1930, dan saat ini digunakan sebagai terapi dalam pengobatan untuk merangsang pertumbuhan otot dan nafsu makan, menginduksi pubertas laki-laki dan mengobati kondisi kronis, seperti kanker dan AIDS. American College of Sports Medicine mengakui bahwa SAA, dengan adanya makanan yang memadai, dapat berkontribusi untuk peningkatan berat badan, massa meningkat sesering ramping dan bahwa peningkatan dalam kekuatan otot yang dicapai melalui latihan dengan intensitas tinggi dan diet yang tepat dapat sebagai tambahan ditingkatkan dengan menggunakan SSA pada beberapa individu .[2]
Risiko kesehatan dapat diproduksi melalui penggunaan jangka panjang atau dosis berlebih dari SAA.[3][4] Efek ini termasuk perubahan berbahaya dalam kadar kolesterol (meningkatkan lipoprotein densitas rendah dan menurunkan lipoprotein densitas tinggi), jerawat, tekanan darah tinggi, kerusakan hati (terutama dengan sebagian SAA melalui mulut), dan perubahan berbahaya dalam struktur ventrikel kiri dari hati.[5] Kondisi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon seperti ginekomastia dan pengurangan ukuran testis juga dapat disebabkan oleh SAA.
Penggunaan ergogenik untuk SAA dalam olahraga, balap, dan binaraga sebagai obat perangsang masih menjadi perdebatan karena efek samping mereka dan potensi untuk mendapatkan yang tidak adil keuntungan dalam kompetisi fisik kompetitif. Penggunaan mereka disebut sebagai doping dan dilarang oleh sebagian besar badan olahraga besar. Selama bertahun-tahun, SAA telah sejauh ini merupakan zat doping yang paling terdeteksi dalam laboratorium terakreditasi-IOC.[6][7][8]
Di berbagai negara di mana SAA adalah zat yang dikendalikan, sering kali terdapat pasar gelap di mana zat ini diselundupkan, diproduksi secara sembunyi-sembunyi atau bahkan obat palsunya dijual kepada pengguna.