Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Two-nation theory di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel) |
Teori dua bangsa (bahasa Urdu: دوقومی نظریہ — Dō-qaumī naẓariyaa, Dewanagari: दो-क़ौमी नज़रिया, bahasa Hindi: द्वि-राष्ट्र सिद्धान्त - Dvi-rashtra siddhanta, bahasa Bengali: দ্বিজাতি তত্ত্ব — Dijati totto) adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa identitas utama dan penyatuan denominator Muslim di anak benua Asia Selatan adalah agama mereka, ketimbang bahasa dan etnisitas mereka, dan sehingga Hindu dan Muslim India adalah dua bangsa yang berbeda, tanpa memandang etnis dan kesamaan lainnya.[1][2] Teori dua bangsa adalah prinsip pembentukan Gerakan Pakistan (ideologi yang menyatakan bahwa Pakistan adalah sebuah negara Muslim di Asia Selatan) dan partisi India pada 1947.[3]
Ideologi yang menyatakan bahwa agar merupakan faktor penentu dalam mendefinisikan kebangsaan Muslim India dipegang oleh Muhammad Ali Jinnah, yang mengistilahkannya sebagai kesadaran Muslim untuk pembentukan Pakistan.[4] Ideologi tersebut juga menjadi sumber inspirasi untuk beberapa organisasi nasionalis Hindu, dengan sebab yang beragam seperti redefinisi Muslim India sebagai orang-orang asing non-India dan warga negara kelas dua di India, pengusiran seluruh Muslim dari India, pembentukan negara Hindu sah di India, pelarangan masuk Islam, dan promosi konversi atau rekonversi Muslim India ke Hindu.[5][6][7][8]
Terdapat ragam interpretasi terhadap teori dua negara tersebut, berdasarkan pada apakah dua kebangsaan dengan dasar ajaran yang berbeda dapat dimasukkan dalam satu teritorial atau tidak, dengan implikasi yang sangat berbeda. Salah satu interpretasi menyerukan otonomi berdaulat, termasuk hak memisahkan diri, untuk wilayah mayoritas Muslim di anak benua India, namun tanpa perpindahan penduduk (Hindu dan Muslim akan tetap hidup bersama). Sebuah interpretasi berbeda menyatakan bahwa Hindu dan Muslim merupakan "dua perbedaan, dan jalan hidupnya berseberangan, dan sehingga mereka tak dapat tinggal di satu negara."[9] Dalam versi ini, sebuah perpindahan penduduk (perpindahan Hindu dari wilayah mayoritas Muslim dan perpindahan Muslim dari wilayah mayoritas Hindu) adalah sebuah langkah menuju pemisahan sempurna dari dua negara tak seragam yang "tak dapat berdiri dalam hubungan harmonis".[10][11]
Penentangan teori tersebut datang dari dua sumber. Yang pertama adalah konsep negara India tunggal, dimana Hindu dan Muslim adalah dua komunitas yang saling berketergantungan.[12] Konsep tersebut adalah prinsip pendirian Republik India modern, resminya sekuler. Setelah pembentukan Pakistan, perdebatan tentang apakah Muslim dan Hindu adalah bangsa yang terpisah atau tidak juga masih berlanjut di negara tersebut.[13] Sumber penentangan kedua adalah konsep bahwa bangsa India bukanlah satu bangsa, yang bukannya meliputi Muslim dan Hindu dari anak benua tersebut, melainkan unit provinsial yang relatif homogen dari anak benua tersebut yang merupakan bangsa-bangsa yang sebenarnya dan menyajikan kedaulatan; pandangan tersebut dikeluarkan oleh sub-kebangsaan Pakistan Baloch,[14] Sindhi,[15] dan Pashtun.[16]
... At the heart of the two-nation theory was the belief that the Indian Muslims' identity was defined by religion rather than language or ethnicity ...
... There is much in the Musalmans which, if they wish, can roll them into a nation. But isn't there enough that is common to both Hindus and Muslims, which if developed, is capable of molding them into one people? Nobody can deny that there are many modes, manners, rites and customs which are common to both. Nobody can deny that there are rites, customs and usages based on religion which do divide Hindus and Muslmans. The question is, which of these should be emphasized ...
... the Muslims are not Indians but foreigners or temporary guests - without any loyalty to the country or its cultural heritage - and should be driven out of the country ...
... In their heart of hearts, the Indian Muslims are not Indian citizens, are not Indians: they are citizens of the universal Islamic ummah, of Islamdom ...
... His historic warning against conversion and call for Shuddhi was condensed in the dictum 'Dharmantar is Rashtrantar' (to change one's religion is to change one's nationality) ...
... 'Dharmantar is Rashtrantar' is one of the old slogans of the VHP ...
... Hindu and Muslim cultures constitute two distinct, and frequently antagonistic, ways of life, and that therefore they cannot coexist in one nation ...
... strongly and repeatedly pressed for the transfer of population between India and Pakistan. At the time of partition some of the two-nation theory protagonists proposed that the entire Hindu population should migrate to India and all Muslims should move over to Pakistan, leaving no Hindus in Pakistan and no Muslims in India ...
... The partition of the country did not take the two-nation theory to its logical conclusion, i.e., complete transfer of populations ...
... As a Muslim ... Hindus and Muslims are one nation and not two ... two nations has no basis in history ... they shall continue to live together for another thousand years in united India ...
... say that Hindus and Muslims are one, single nation. It is a very peculiar attitude on the part of the leader of the ppposition. In fact if his point of view was accepted, then the very justification for the existence of Pakistan would disappear ...
... would be completely extinct as a people without any identity. This proposition is the crux of the matter, shaping the Baloch attitude towards Pakistani politics. For Baloch to accept the British-conceived two-nation theory for the Indian Muslims ... would mean losing their Baloch identity in the process ...
... and the two-nation theory became a trap for Sindhis — instead of liberating Sindh, it fell under Punjabi-Mohajir domination, and until his death in 1995 he called for a separate Sindhi "nation," implying a separate Sindhi country ...
... Attacking the 'two nation theory' in Lower House on December 14, 1947, Ghaus Bux Bizenjo said: "We have a distinct culture like Afghanistan and Iran, and if the mere fact that we are Muslim requires us to amalgamate with Pakistan, then Afghanistan and Iran should also be amalgamated with Pakistan ...