"Tuhan telah mati" (bahasa Jerman: Gott ist tot; juga dikenal sebagai kematian Tuhan) adalah pernyataan yang dibuat oleh filsuf Jerman Friedrich Nietzsche, yang telah dikutip secara luas. Nietzsche menggunakan ungkapan itu untuk menyatakan gagasannya bahwa Abad Pencerahan telah menghapuskan kemungkinan keberadaan Tuhan. Namun, terdapat para pendukung dari teologi kematian Tuhan yang menggunakan frasa ini dalam arti harfiah, yang berarti bahwa Tuhan, yang pernah ada pada suatu masa, telah mati.
Pernyataan ini diungkapkan oleh "seseorang yang gila" dalam karya Nietzsche sebagai berikut:
Tuhan telah mati. Tuhan tetap mati. Dan kitalah yang telah membunuhnya. Bagaimanakah kita, pembunuh dari semua pembunuh, menghibur diri kita sendiri? Yang paling suci dan paling perkasa dari semua yang pernah ada di dunia telah berdarah hingga mati di ujung pisau kita sendiri. Siapakah yang akan membersihkan darahnya dari kita? Dengan air apakah kita dapat menyucikan diri kita? Pesta-pesta penebusan apakah, permainan-permainan suci apakah yang perlu kita ciptakan? Bukankah kebesaran dari perbuatan ini terlalu besar bagi kita? Tidakkah seharusnya kita sendiri menjadi tuhan-tuhan semata-mata supaya layak akan hal itu [pembunuhan terhadap Tuhan]?
- Nietzsche, Sains yang Mengasyikkan, bagian 125
Ungkapan ini pertama kali muncul dalam karya Nietzsche tahun 1882, Sains yang Mengasyikkan (Die fröhliche Wissenschaft, juga diterjemahkan sebagai "Pengejaran Akan Pengetahuan yang Menyenangkan").[1] Namun, ungkapan ini paling terkenal dikaitkan dengan Maka Berbicaralah Zarathustra (Also sprach Zarathustra), karya Nietzsche yang membuat frasa ini menjadi populer. Filsuf terdahulu juga telah membahas konsep yang kurang lebih sama, seperti Philipp Mainländer dan Georg Wilhelm Friedrich Hegel.