ʿUmar bin Khaṭṭāb عُمَر | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Amirul Mukminin Al-Faruq[1] | |||||||||
Khalifah Kekhalifahan Rasyidin ke-2 | |||||||||
Berkuasa | 23 Agustus 634—3 November 644 (10 tahun, 73 hari) | ||||||||
Pendahulu | Abu Bakar | ||||||||
Penerus | 'Utsman bin 'Affan | ||||||||
Kelahiran | 584 Makkah, Jazirah Arab | ||||||||
Kematian | 3 November 644 M (umur 60–61) (Dzulhijjah 23 H/Muharram 24 H)[2][3][4] Madinah, Kekhalifahan Rasyidin | ||||||||
Pemakaman | |||||||||
Pasangan |
| ||||||||
Keturunan |
| ||||||||
| |||||||||
Suku | Quraisy (Bani 'Adi) | ||||||||
Ayah | Khattab bin Nufail | ||||||||
Ibu | Hantamah binti Hisyam[7] | ||||||||
Agama | Islam | ||||||||
Tanda tangan | |||||||||
Nama Arab | |||||||||
Pribadi (Ism) | ʿUmar | ||||||||
Patronimik (Nasab) | ʿUmar bin al-Khaṭṭāb bin Nufail bin ʿAbdul ʿUzzā bin Rāz bin ʿAdiyy bin Kaʿab bin Luʿayy bin Ghālib bin Fihr bin Mālik | ||||||||
Teknonim (Kunyah) | Abul Hafs | ||||||||
Julukan (Laqab) | al-Fārūq ("Pembeda [antara yang benar dan yang salah]") |
artikel ini merupakan bagian dari seri |
Umar bin Khattab |
---|
ʿUmar bin Khattab (bahasa Arab: عُمَرُ بْنُ ٱلْخَطَّاب, translit. ʿUmar bin al-Khaṭṭāb, juga dieja sebagai Omar, ca 582/583 – 644) adalah sahabat senior sekaligus mertua Nabi Islam Muhammad, yang menjabat sebagai Khalifah Rasyidin kedua, menggantikan Abu Bakar ash-Shiddiq (m. 632–634) dan memerintah sejak Agustus 634 hingga pembunuhannya pada tahun 644. Umar adalah khalifah pertama yang menyandang gelar Amirul Mukminin, gelar yang kemudian menjadi standar para khalifah setelahnya.
Pada awalnya, Umar menentang dakwah Muhammad. Setelah masuk Islam pada tahun 616, ia menjadi Muslim pertama yang berdoa secara terbuka di Ka'bah. Umar berpartisipasi dalam hampir semua pertempuran dan ekspedisi di bawah Muhammad. Muhammad kemudian menikahi putri Umar, Hafshah. Setelah kematian Muhammad pada bulan Juni 632, Umar berjanji setia kepada Abu Bakar (m. 632–634) sebagai khalifah pertama dan menjabat sebagai penasihat terdekatnya hingga pada Agustus 634, Abu Bakar yang sekarat mencalonkan Umar sebagai penggantinya.
Selama masa pemerintahan Umar, kekhalifahan berkembang pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, menguasai Kekaisaran Sasaniyah dan lebih dari dua pertiga Kekaisaran Bizantium.[8] Serangannya terhadap Kekaisaran Sasaniyah mengakibatkan penaklukan Persia dalam waktu kurang dari dua tahun (642–644). Menurut tradisi Yahudi, Umar mengesampingkan larangan umat Kristen terhadap orang-orang Yahudi dan mengizinkan mereka kembali tinggal di Yerusalem dan beribadah di Bukit Bait Suci.[9] Umar dibunuh oleh budak Persia Abu Lu'lu'ah pada tahun 644.
Umar umumnya dipandang oleh para sejarawan sebagai salah satu khalifah Muslim paling kuat dan berpengaruh dalam sejarah.[10] Dia dihormati dalam tradisi Islam Sunni sebagai penguasa besar yang adil dan teladan kebajikan Islam,[11] dan beberapa hadis mengidentifikasi dia sebagai sahabat terbaik kedua setelah Abu Bakar.[12][13] Meskipun begitu, ia (bersama Abu Bakar) cenderung dipandang negatif dalam tradisi Syiah Dua Belas Imam sebagai perampas hak kekhalifahan dari Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Muhammad, sekaligus Imam pertama bagi Syiah.[14]
Shi'i tradition has never concealed its antipathy to Umar for having thwarted the claims of Ali and the House of the Prophet.