Usman dan Fodo عثمان بن فودي | |
---|---|
Sultan Sokoto, Amir al-Muminin, Imama | |
Berkuasa | 1803–1815 |
Penobatan | Gudu, Juni 1803 |
Penerus | Wilayah timur (Sokoto): Muhammed Bello, anak. Wilayah barat (Gwandu): Abdullahi dan Fodio, sauadara. |
Kelahiran | 15 Desember 1754 Gobir |
Kematian | 20 April 1817 Sokoto |
Pemakaman | Hubare, Sokoto.[1] |
Istri |
|
Keturunan | 23 anak, termasuk: Muhammed Bello Nana Asmau Abu Bakr Atiku |
Dinasti | Kekhalifahan Sokoto |
Ayah | Mallam Muhammadu Fodio |
Ibu | Maimuna |
Shaihu Usman dan Fodio, lahir dengan nama Usuman ɓii Foduye, (juga disebut bahasa Arab: عثمان بن فودي, Shaikh Usman Ibn Fodio, Shehu Uthman Dan Fuduye, Shehu Usman dan Fodio atau Shaikh Uthman Ibn Fodio) (15 Desember 1754, Senegal – 20 April 1817, Sokoto) adalah seorang ulama dan pendiri Kekhalifahan Sokoto. Ia merupakan pengikut mazhab Maliki.
Ia awalnya aktif mengajar dan berkhotbah di Gobir, tetapi mantan muridnya, Yunfa, kemudian menjadi Sultan Gobir dan ia membatasi aktivitas Usman dan Fodio. Akibatnya, pada tahun 1802, Usman dan Fodio membawa para pengikutnya ke pengasingan. Mereka pindah ke Gudu, tetapi jumlah pengikutnya malah semakin bertambah, sehingga Yunfa menyatakan perang terhadap Dan Fodio pada tanggal 21 Februari 1804. Pada bulan yang sama, ia mendirikan Kekhalifahan Sokoto dan ia dinyatakan sebagai Amir al-Mu'minin.
Pada masa hidupnya, Dan Fodio telah menulis ratusan buku mengenai agama, pemerintahan, budaya dan masyarakat. Ia mengkritik elit-elit Muslim Afrika karena dianggap tamak, musrik, telah memungut pajak yang besar dan dianggap telah melanggar hukum syariah. Beberapa pengikutnya menganggap Dan Fodio sebagai seorang mujaddid.[2]