Alp Arslan آلپ ارسلان | |
---|---|
Sultan dari Kekaisaran Seljuk Agung | |
Berkuasa | 4 September 1063 – 15 Desember 1072 |
Pendahulu | Tughril |
Penerus | Malik Syah I |
Kelahiran | 20 Januari 1030 |
Kematian | 15 Desember 1072 Benteng Barzam, dekat Amu Darya, Khwarezmia | (umur 42)
Permaisuri |
|
Keturunan |
|
Wangsa | Wangsa Seljuk |
Ayah | Chaghri Beg |
Agama | Islam Sunni |
Alp Arslan (kehormatan dalam bahasa Turkik yang berarti "Singa Pahlawan atau Besar"; dalam bahasa Persia: آلپ ارسلان; julukan Arab: Diyā ad-Dunyā wa ad-Dīn Adud ad-Dawlah Abu Shujā' Muhammad Ālp Ārslan ibn Dawūd bahasa Persia: ضياء الدنيا و الدين عضد الدولة ابو شجاع محمد آلپ ارسلان ابن داود; 20 Januari 1029 – 15 Desember 1072), nama asli Muhammad bin Dawud Chaghri, adalah sultan kedua dari Kekaisaran Seljuk dan cicit dari Seljuk, pendiri eponim dari dinasti. Dia sangat memperluas wilayah Seljuk dan mengkonsolidasikan kekuatannya, mengalahkan saingannya ke selatan dan barat laut dan kemenangannya atas Bizantium di Pertempuran Manzikert, pada 1071, mengantar pemukiman Turkoman di Anatolia.[1] Untuk kecakapan militer dan keterampilan bertarungnya, ia memperoleh nama Alp Arslan, yang berarti "Singa Pahlawan" dalam bahasa Turkik.
Alp Arslan adalah Sultan kedua dari Dinasti Seljuk yang membentang dari Persia sampai Turki (pada tahun-tahun berikutnya daerah Seljuq melebar sampai Asia Tengah). Dia mewarisi daerah kekuasaan di Khurasan dari ayahnya, Daud pada tahun 1059 sementara daerah Oran diwariskan kepadanya dari pamannya pada tahun 1063, dan menjadi penguasa tunggal Persia dari sungai Oxus sampai Tigris. Dalam menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh Nizam al-Mulk, seorang negarawan yang paling cakap pada masa awal pemerintahan Alp Arslan. Pemerintahannya berlangsung dengan baik dan ia berhasil menundukkan kelompok-kelompok yang saling bersaing sehingga ia dapat menciptakan kedamaian dan keamanan dalam wilayah kekuasaannya.
Ekspedisi pertamanya diawali dari keinginannya untuk menguasai kekayaan besar yang dipegang oleh Gereja St. Basil yang berada di Caesaria yang bertempat di ibu kota Cappadocia, kemudian setelah sukses menundukkan kota tersebut ia menyeberang sungai Eufrat dan menuju ke Goergia dan Armenia yang pada tahun 1064 berhasil ia tundukkan. Pada tahun 1068 ia menyerang Romawi Byzantium. Kaisar Romawi pada saat itu Romanos IV Diogenes dengan memimpin secara langsung pasukannya berhadapan dengan pasukan Seljuq di Cihcia. Dalam 3 ekspedisi yang berat (dua di antaranya dipimpin oleh Kaisar Romanus dan satu lagi dipimpin oleh Manuel Comnemnus) pasukan Seljuq berhasil dihalau dan dipaksa mundur sampai ke seberang sungai Eufrat. Setelah kekalahan tersebut terjadilah Pertempuran Manzikert.