Gilgamesh | |
---|---|
Pendahulu | Dumuzid, sang Nelayan (sebagai Ensi Uruk) Aga dari Kish (sebagai Raja Sumer) |
Penerus | Ur-Nungal |
Kediaman | Bumi |
Simbol | Banteng, singa |
Informasi pribadi | |
Anak | Ur-Nungal |
Orang tua | Lugalbanda dan Ninsun |
Gilgamesh adalah seorang pahlawan dalam mitologi Mesopotamia kuno dan protagonis dalam Wiracarita Gilgamesh, puisi epik yang ditulis pada akhir milenium ketiga SM dalam bahasa Sumeria, dan kemudian bahasa Akkadia. Dia kemungkinan adalah raja yang pernah benar-benar ada dan berkuasa di negara kota Uruk, Sumeria, yang secara anumerta didewakan. Masa pemerintahannya mungkin berlangsung pada awal Periode Dinasti Awal (Mesopotamia), sekitar 2900 – 2350 SM, dan kemudian menjadi tokoh utama dalam legenda Sumeria pada masa Dinasti Ketiga Ur (sekitar 2112 – 2004 SM).
Catatan tertua yang berhasil ditemukan yang menceritakan tentang kisah petualangan legendaris Gilgamesh terdapat pada lima puisi Sumeria, dengan yang terawal kemungkinan berjudul Gilgamesh, Enkidu, dan Dunia Bawah,[2] di mana Gilgamesh membantu dewi Inanna dan mengusir makhluk-makhluk yang menyerang pohon huluppu miliknya. Dewi Inanna memberinya dua benda yang tidak dikenal, mikku dan pikku, yang lantas hilang. Setelah kematian Enkidu, bayangannya memberi tahu Gilgamesh tentang kondisi suram di Dunia Bawah. Puisi Gilgamesh dan Aga mendeskripsikan pemberontakan Gilgamesh terhadap tuannya, Aga dari Kish. Puisi-puisi Sumeria lainnya menjabarkan penaklukan yang dilakukan Gilgamesh atas raksasa Huwawa dan Banteng Surgawi, sementara puisi kelima yang kondisinya kurang utuh menceritakan kematian dan pemakamannya.
Selanjutnya pada masa Babilonia, kisah-kisah ini dijalin menjadi sebuah narasi yang saling berhubungan. Epos Gilgamesh dalam bahasa Akkadia standar disusun oleh seorang juru tulis bernama Sîn-lēqi-unninni, diperkirakan pada periode Babilonia Pertengahan (sekitar 1600 – 1155 SM), yang didasarkan pada sumber yang jauh lebih tua. Dalam epos tersebut, Gilgamesh adalah seorang manusia setengah dewa dengan kekuatan super yang berteman dengan manusia liar Enkidu. Bersama-sama, mereka melakukan banyak petualangan, yang paling terkenal adalah saat mereka menaklukkan Humbaba (bahasa Sumeria: Huwawa) dan Banteng Surgawi, yang dikirim oleh Ishtar (bahasa Sumeria: Inanna) untuk menyerang mereka setelah Gilgamesh menolak tawarannya untuk menjadi pendampingnya. Setelah Enkidu meninggal akibat penyakit yang dikirim sebagai hukuman dari para dewa, Gilgamesh pun melakukan perjalanan untuk menemui tokoh bijak Utnapishtim, orang yang selamat dari banjir global yang juga merupakan leluhurnya, dengan harapan dapat menemukan keabadian. Gilgamesh berulang kali gagal dalam ujian yang diberikan kepadanya dan kembali pulang ke Uruk, menyadari bahwa keabadian berada di luar jangkauannya.
Sebagian besar sejarawan sepakat bahwa Wiracarita Gilgamesh berpengaruh besar terhadap Iliad dan Odisseia, dua epos yang ditulis dalam bahasa Yunani Kuno pada abad kedelapan SM. Kisah kelahiran Gilgamesh digambarkan dalam sebuah anekdot dalam De Natura Animalium karya penulis Yunani Claudius Aelianus pada abad kedua M. Aelianus bercerita bahwa kakek Gilgamesh menjaga anak perempuannya agar tidak hamil, karena ia mendapatkan nubuat dari seorang peramal bahwa cucunya akan menjatuhkannya. Anak perempuannya pada akhirnya hamil dan para penjaga melempar anaknya dari sebuah menara, tetapi seekor elang menyelamatkannya di tengah musim gugur dan membawanya ke sebuah kebun buah. Ia lalu dibesarkan oleh seorang tukang kebun.
Wiracarita Gilgamesh sendiri ditemukan kembali di Perpustakaan Ashurbanipal pada tahun 1849. Setelah isi dari epos ini selesai diterjemahkan pada awal dasawarsa 1870-an, timbul kontroversi yang meluas akibat kemiripan sebagian isinya dengan Alkitab Ibrani. Gilgamesh merupakan sosok yang tidak dikenal sebelum pertengahan abad ke-20, namun setelah itu, ia menjadi tokoh yang makin dan makin terkemuka dalam budaya modern.