Gizi dan kehamilan merujuk kepada asupan gizi dan perencanaan pola makan sebelum, selama dan setelah kehamilan.[1][2]
Kehamilan yang baik direncanakan sejak 3 bulan hingga setahun sebelumnya. Status gizi calon ibu hamil akan menentukan kualitas kehamilan. Ibu dengan status gizi lebih dan status gizi kurang sama-sama memiliki kekurangan yang akan memengaruhi ibu dan janin. Ibu dapat menderita preeklampsia, diabetes gestasional, gangguan tidur, dan keguguran. Dampak terhadap janinnya berupa kelahiran prematur, kelainan bawaan seperti NTD (neural tube defect) atau defek tuba neural, bayi lahir berat badan rendah atau lahir kurang bulan hingga bayi lahir mati.
Beberapa mineral dan vitamin dapat dikonsumsi saat akan merencanakan kehamilan seperti folat, kalsium, zat besi, seng, iodin, dan asam lemak omega-3.
Selama mengandung, asupan gizi ibu hamil harus diperhatikan agar kenaikan berat badan yang normal dapat dicapai. Peningkatan kebutuhan makronutrien maupun mikronutrien selama kehamilan bertujuan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin, cairan ketuban, dan plasenta, persiapan jaringan payudara untuk menyusui, serta sebagai cadangan jaringan lemak ibu hamil.
Tidak semua makanan atau minuman boleh dikonsumsi oleh ibu hamil. Beberapa di antaranya hanya oleh dikonsumsi dalam jumlah terbatas bahkan harus dihindari. Makanan laut yang mengandung merkuri tinggi, produk susu segar dan makanan mentah (karena mengandung beberapa jenis bakteri), kafeina, alkohol, konsumsi gula dan garam adalah jenis makanan yang dibatasi konsumsinya.
Pada masa menyusui setelah proses persalinan, seorang ibu dianjurkan untuk mengonsumsi protein untuk perbaikan jaringan yang rusak. Suplemen zat besi dan asam folat juga diperlukan untuk mengganti darah yang hilang saat bersalin dan selama masa nifas.