Kekaisaran Anjou Empire Plantagenêt[a] | |
---|---|
1154–1242 | |
Kekaisaran Anjou pada tahun 1190 | |
Status | Monarki gabungan[3] |
Ibu kota | Tidak ada ibu kota resmi. Pengadilan biasanya diadakan di Angers dan Chinon. |
Bahasa resmi | Prancis Kuno[4] • Latin Abad Pertengahan[b] |
Bahasa daerah | |
Agama | Katolik Roma (resmi) |
Pemerintahan | Monarki feodal |
Raja, Adipati, Kont dan Tuan | |
• 1154–1189 | Henry II |
• 1189–1199 | Richard I |
• 1154–1204 (hanya Aquitaine) | Aliénor dari Aquitaine |
• 1199–1214 | John |
Era Sejarah | Abad Pertengahan |
• Henry II mewarisi Kerajaan Inggris | 25 Oktober 1154 |
1169–1177 | |
1202–1204 | |
28 September 1242 | |
Mata uang | Livre Prancis, sen perak, sen emas |
Sekarang bagian dari | |
Kekaisaran Anjou (bahasa Inggris: Angevin Empire, bahasa Prancis: Empire Plantagenêt) adalah berbagai wilayah kekuasaan yang dimiliki oleh Wangsa Plantagenet selama abad ke-12 hingga ke-13, ketika mereka menguasai wilayah yang kira-kira meliputi seluruh Inggris masa kini, separuh Prancis, dan bagian-bagian dari Irlandia dan Wales, dan lebih jauh lagi memiliki pengaruh di sebagian besar bagian lain Kepulauan Britania. Ini dapat dideskripsikan sebagai contoh awal dari sebuah monarki gabungan.[5] Kekaisaran ini didirikan oleh Henry II dari Inggris, ia menggantikan ayahnya, Geoffrey sebagai Adipati Normandia dan Kont Anjou. Henry menikah dengan Aliénor dari Aquitaine pada tahun 1152, memperoleh Kadipaten Aquitaine, dan mewarisi klaim atas takhta Inggris oleh ibu Henry yang bernama Maharani Matilda, menggantikan saingan Henry, yaitu Stephen, pada tahun 1154. Meskipun gelar pangkat tertinggi mereka berasal dari Kerajaan Inggris, Plantagenet menguasai istana terutama di kontinental di Angers, Anjou, dan di Chinon, Touraine.
Pengaruh dan kekuasaan dari raja-raja Inggris dari Anjou membawa mereka ke dalam konflik dengan raja-raja Prancis dari Wangsa Kapet, mereka juga berhutang penghormatan feodal kepada raja-raja Prancis terkait wilayah kekuasaan mereka di Prancis, membawa masuk ke periode persaingan antara dua dinasti. Meskipun kekuasaan Anjou sangat luas, putra Henry yang bernama John dikalahkan dalam Perang Inggris–Prancis (1213–1214) oleh Philippe II dari Prancis setelah Pertempuran Bouvines. John hilang kendali atas sebagian besar wilayah kekuasaannya di kontinental, selain Guyenne dan Gaskonia di Aquitaine selatan. Kekalahan ini memicu konflik lebih lanjut antara Inggris dan Prancis, mengarah pada Perang Seratus Tahun (1337-1453), di mana Inggris untuk sementara waktu akan menegakkan kembali kekuasaan Inggris atas sebagian besar Prancis barat, tengah dan utara, sebelum kehilangan wilayah kekuasaannya lagi, kali ini untuk selamanya.
Robert of Gloucester: 'The Normans could then speak nothing but their own language, and spoke French as they did at home and also taught their children. So that the upper class of the country that is descended from them stick to the language they got from home, therefore unless a person knows French he is little thought of. But the lower class stick to English and their own language even now.'
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/>
yang berkaitan