Keruntuhan Zaman Perunggu Akhir adalah masa keruntuhan tatanan masyarakat yang mengakhiri Zaman Perunggu, salah satunya ditandai oleh Zaman Kegelapan Yunani (sekitar 1100 SM hingga munculnya Zaman Yunani Arkais sekitar tahun 750 SM). Tepatnya keruntuhan peradaban ini terjadi di Eropa Selatan, Asia Barat, dan Afrika Utara (terdiri dari wilayah tumpang tindih di Timur Dekat, Laut Tengah, Balkan, Aegea, Anatolia, dan Kaukasus). Keruntuhan ini adalah transisi yang diyakini sejarawan sebagai kenaikan tingkat kekerasan atau kriminalitas secara tiba-tiba, yang mengganggu sistem kebudayaan di beberapa peradaban selama abad ke-12 SM, bersama dengan penurunan ekonomi yang sangat merosot dari beberapa kerajaan di daerah tersebut.[1]
Sistem perekonomian di daerah Mikenai, Aegea, dan Anatolia yang menjadi ciri Zaman Perunggu Akhir hancur, berubah menjadi desa-desa kecil yang terpencil dan tidak terintegrasi. Kekaisaran Het di Anatolia dan Syam runtuh, sementara kerajaan-kerajaan lain seperti Asyur di Mesopotamia dan Mesir Kuno bertahan tetapi sangat melemah. Sebaliknya, beberapa bangsa seperti Fenisia malah berkembang pesat karena memudarnya pengaruh Mesir dan Asyur di Syam.[2]
Teori-teori mengenai keruntuhan peradaban-peradaban ini masih simpang-siur dan terus diperdebatkan sejak abad ke-19. Beberapa faktor seperti letusan gunung berapi, kekeringan, serangan dan perpindahan penduduk oleh Bangsa Laut dan Doria, perubahan sektor ekonomi secara besar-besaran karena meningkatnya penggunaan besi, dan perubahan teknologi dan metode perang yang menandai penurunan penggunaan kereta kuda.[3]