Perjanjian Lama (Kristen) | |||||
---|---|---|---|---|---|
|
|||||
Tanakh (Ibrani) | |||||
|
|||||
Perjanjian Baru | |||||
Kitab Keluaran (disingkat Keluaran; akronim Kel.) merupakan kitab kedua dan bagian dari kelompok kitab Taurat (atau Pentateukh) pada Perjanjian Lama Alkitab Kristen dan Tanakh (atau Alkitab Ibrani).[1][2] Dalam bahasa Ibrani, kitab ini disebut Kitab Syemot (bahasa Ibrani: סֵפֶר שְׁמֹות, translit. Sefer Syemot).
Isi kitab ini menceritakan tentang kaburnya rakyat Israel secara massal dari perbudakan di Mesir melalui kekuatan Yahweh, yakni Tuhan yang telah memilih mereka sebagai umat-Nya. Orang-orang Israel kemudian melakukan perjalanan bersama Nabi Musa ke Gunung Sinai, di mana Yahweh menjanjikan mereka tanah Kanaan ("Tanah yang dijanjikan") sebagai ganti atas keimanan mereka. Di sana, mereka membentuk perjanjian bersama Yahweh, yang memberikan mereka hukum dan instruksi untuk mendirikan Tabernakel, yang merupakan cara supaya Tuhan dapat datang dari langit dan tinggal bersama mereka dan memimpin mereka dalam perang suci untuk mengambil alih tanah tersebut, dan memberikan mereka ketenangan.
Secara tradisional, Kitab ini dianggap berasal dari Musa sendiri, akan tetapi menurut para ilmuwan modern, kitab ini adalah produk dari pembuangan bangsa Israel ke Babilonia, yang didasarkan pada tradisi tertulis ataupun oral yang lebih awal, dengan revisi akhir dibentuk pada masa periode Israel dikuasai oleh Persia setelah masa pembuangan (5 SM). Carol Meyers, dalam komentarnya mengenai Kitab Keluaran, mengajukan bahwa Kitab ini bisa jadi merupakan Kitab paling penting di Alkitab, karena dia mewakili fitur-fitur pembentuk identitas Israel—memori mengenai masa lalu yang ditandai dengan kesulitan dan kaburnya mereka, perjanjian mereka dengan Tuhan, yang memilih mereka, dan pembentukan kehidupan berkomunitas dan petunjuk-petunjuk untuk menyokongnya.[3]
Konsensus di antara para ilmuwan adalah bahwa Kitab Keluaran hanyalah berisi mitos, dan sama sekali tidak mendeskripsikan secara akurat kejadian sejarah.[4]