Kondrit adalah meteorit berbatu (non-logam) yang belum termodifikasi, biasanya dengan cara meleleh atau diferensiasi badan induk.[1] Mereka terbentuk saat beragam jenis debu dan butiran-butiran kecil dari masa-masa awal Tata Surya berkumpul (terakresi) untuk membentuk asteroid-asteroid primitif. Beberapa asteroid-asteroid seperti itu yang terperangkap di lingkaran pengaruh gravitasi menjadi jenis meteorit paling umum dengan mengarah ke lintasan yang mengarah ke permukaan planet (baik dengan cepat, atau setelah beberapa kali orbit). Perkiraan untuk kontribusi mereka kepada populasi total meteorit berkisar antara 85.7%[2] dan 86.2%.[3]
Studi mengenai mereka memberi petunjuk-petunjuk penting untuk memahami usia dan asal-usul Tata Surya, pembentukan senyawa organik, asal-usul kehidupan dan keberadaan air di Bumi. Salah satu ciri dari mereka adalah asanya kondrul (dari Yunani Kuno χόνδρος chondros, bulir), yang merupakan bulir-bulir bulat kecil yang terbentuk di luar angkasa sebagai tetesan cair atau setengah cair mineral-mineral yang berbeda. Kondrul ini mencakup 20 sampai 80% volume kondrit.[4]
Kondrit dapat dibedakan dengan meteorit besi karena kondrit memiliki kadar besi dan nikel yang rendah. Meteorit non-logam yang memiliki sedikit kondrul adalah akondrit, yang diyakini terbentuk jauh setelah kondrit (menjadikannya lebih muda).[5] Sekarang, terdapat lebih dari 27,000 kondrit pada koleksi-koleksi di seluruh dunia. Batu individual terbesar yang pernah ditemukan memiliki berat 1770 kg. Batu ini merupakan bagian dari hujan meteor Jilin pada 1976. Jatuhan kondrit dapat berkisar antara hanya berjumlah satu batu hingga hujan luar biasa yang terdiri dari ribuan batu. Contoh dari peristiwa besar ini adalah hujan meteor Holbrook pada 1912 dengan perkiraan sejumlah 14,000 batu yang jatuh di Arizona utara.