Labu kuning | |
---|---|
Labu butternut, sebuah varietas dari labu kuning | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Plantae |
Klad: | Tracheophyta |
Klad: | Angiospermae |
Klad: | Eudikotil |
Klad: | Rosid |
Ordo: | Cucurbitales |
Famili: | Cucurbitaceae |
Genus: | Cucurbita |
Spesies: | C. moschata
|
Nama binomial | |
Cucurbita moschata | |
Sinonim[1] | |
|
Labu kuning (Cucurbita moschata) atau waluh atau labuh adalah tumbuhan semak berkayu dan termasuk ke dalam keluarga Cucurbitaceae. Di Indonesia, ada 5 spesies yang disebut sebagai labu kuning atau waluh, yaitu Cucurbita maxima, Cucurbita ficifolia, Cucurbita mixta, Cucubita moschata, dan Cucurbita pipo. Tumbuhan ini mempunya bunga berwarna kuning berbentuk lonceng dan buah berwarna kuning-hijau tua berbentuk bulat. Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang memiliki iklim tropis dan menyebar luas ke seluruh daerah tropis, juga dapat ditemukan di Indonesia. Salah satu tempat persebarannya di Kecamatan Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.[2]
Di Indonesia, waluh biasanya dikonsumsi atau diolah untuk dikonsumsi dalam bentuk kolak atau makanan ringan. Bijinya atau disebut kuaci juga bisa dikonsumsi dan memiliki manfaat untuk mengurangi pembesaran kelenjar prostat. Pada sebuah penelitian diketahui bahwa bijinya mengandung beberapa zat, di antaranya sejenis asam amino seperti m-karboksifenilalanina, pirazoalanina, asam amino butirat, etilasparagina, dan sitrulina serta sejumlah asam amino lain yang diperlukan kelenjar prostat seperti seminal alanina, glisina, asam glutamat, dan mengandung unsur mineral Zn (seng) dan Mg (Magnesium).[3] Di Manggarai, masyarakat setempat menggunakan akar tumbuhan ini untuk mengurangi rasa kantuk yang berlebihan pada saat hamil muda.