Republik Lebanon الجمهوريّة اللبنانيّة Al-Jumhūrīyah al-Lubnānīyah (bahasa Arab) République libanaise (bahasa Prancis) | |
---|---|
Lagu kebangsaan: النشيد الوطني اللبناني An-Nasyīd al-Waṭaniyy al-Lubnānī (Indonesia: "Himne Nasional Libanon") | |
Ibu kota | Beirut 33°54′N 35°32′E / 33.900°N 35.533°E |
Bahasa resmi | Arab |
Bahasa yang diakui | Prancis |
Pemerintahan | Kesatuan konfesional parlementer republik konstitusional |
• Presiden | Kosong |
Najib Mikati | |
Legislatif | مجلس النواب Majlis an-Nuwwab |
Kemerdekaan dari Prancis | |
1 September 1920 | |
• Konstitusi saat ini | 23 Mei 1926 |
• Hari Nasional | 22 November 1943 |
Luas | |
- Total | 10.452 km2 (166) |
1,8 | |
Populasi | |
- Perkiraan 2024 | 5.364.482[1] (122) |
560/km2 | |
PDB (KKB) | 2020 |
- Total | $78.910 miliar[2] |
$11.561[2] | |
PDB (nominal) | 2020 |
- Total | $19.008 miliar[2] |
$2.785[2] | |
Gini (2011) | ▼ 31,8[3] sedang |
IPM (2021) | 0,706[4] tinggi · 112 |
Mata uang | Pound Libanon (ل.ل) ( LBP ) |
Zona waktu | Waktu Eropa Timur (EET) (UTC+2) |
- Musim panas (DST) | UTC+3 (Waktu Musim Panas Eropa Timur (EEST)) |
Lajur kemudi | kanan |
Kode telepon | +961 |
Kode ISO 3166 | LB |
Ranah Internet | .lb |
Republik Lebanon adalah sebuah negara di Wilayah Arab Levant (Syam) & Timur Tengah, berbatasan dengan Suriah di utara dan timur, dan Israel [5] di selatan. Bendera Lebanon menampilkan sebuah pohon aras berwarna hijau dengan latar belakang putih, diapit oleh dua garis merah horizontal di atas dan bawahnya. Karena keanekaragamannya yang sektarian, Lebanon menganut sebuah sistem politik khusus, yang dikenal sebagai konfesionalisme, yang dimaksudkan untuk membagi-bagi kursi kekuasaan didasarkan perwakilan dari aliran-aliran agama yang berbeda-beda.[6]
Sebelum Perang Saudara Lebanon (1975-1990), negara ini menikmati ketenangan dan kemakmuran yang relatif, didorong oleh sektor pariwisata, pertanian, dan perbankan dalam ekonominya serta agama asli penduduk Arab Lebanon ialah agama Kanaan.[7] Lebanon dianggap sebagai ibu kota perbankan di dunia Arab dan umumnya dianggap sebagai "Swiss-nya Timur Tengah"[8][9] Karena kekuatan finansialnya, Lebanon juga menarik banyak sekali wisatawan,[10] hingga ibu kotanya, Beirut, dirujuk oleh banyak orang sebagai "Paris-nya Timur Tengah."[11]
Segera setelah perang, ada banyak upaya untuk menghidupkan kembali ekonominya dan membangun kembali infrastruktur nasionalnya.[12] Pada awal 2006, stabilitas yang cukup besar telah tercapai di hampir seluruh negeri, rekonstruksi Beirut hampir selesai,[13] dan semakin banyak wisatawan asing yang datang ke resor-resor Lebanon.[10] Namun, Perang Lebanon 2006 menimbulkan korban sipil dan militer, kerusakan hebat pada infrastruktur sipil, dan pengungsian besar-besaran dari 12 Juli 2006 hingga gencatan senjata diberlakukan pada 14 Agustus 2006. Pada September 2006, pemerintah Lebanon telah memberlakukan rencana pemulihan awal yang ditujukan untuk membangun kembali properti yang dihancurkan oleh serangan-serangan Israel di Beirut, Tirus, dan desa-desa lainnya di Lebanon selatan.