Ngadiluwih | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Kediri | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Zaenuri, S.Sos.,MM | ||||
Populasi | |||||
• Total | 81.742 jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 35.06.04 | ||||
Kode BPS | 3506030 | ||||
Luas | 45,06 km² | ||||
Desa/kelurahan | 16 | ||||
|
Ngadiluwih adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kediri yang terletak di sebelah selatan Kota Kediri dan dilewati jalan nasional strategis penghubung Kediri dengan Tulungagung. Pada masa kolonial Belanda hingga awal kemerdekaan, Ngadiluwih merupakan pusat dari Kawedanan Ngadiluwih yang mencakup Kediri bagian selatan yaitu Ngadiluwih, Kras, Kandat, Ringinrejo, Wates, dan Ngancar.[1] Secara geografis, Ngadiluwih terletak di dataran rendah yang didominasi persawahan serta berbatasan dengan Sungai Brantas di sebelah barat. Masyarakat Ngadiluwih dapat menyeberang ke sebelah barat sungai menuju Kecamatan Mojo dengan perahu tambangan atau Jembatan Wijaya Kusuma yang baru diresmikan tahun 2018.[2]
Beberapa tempat terkenal di Ngadiluwih antara lain: Stasiun Ngadiluwih, Taman Ngadiluwih, Pasar Ngadiluwih, dan lain sebagainya. Stasiun Ngadiluwih adalah stasiun kecil aktif yang melayani Commuter Line Dhoho rute Blitar-Kertosono-Surabaya.[3] Taman Ngadiluwih adalah taman hijau yang ramai di tepi jalan nasional. Di taman tersebut terdapat patung Mayjen TNI Moestopo, seorang pahlawan nasional sekaligus dokter gigi kelahiran Ngadiluwih.[4]