Perang Zhili-Fengtian Kedua | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Era Panglima Perang | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kelompok Zhili | Kelompok Fengtian | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Wu Peifu | Zhang Zuolin | ||||||
Kekuatan | |||||||
200.000 | 250.000 | ||||||
Korban | |||||||
Ribuan ditambah dengan 40.000+ yang ditangkap | Puluhan ribu |
Perang Zhili-Fengtian Kedua (Hanzi sederhana: 第二次直奉战争; Hanzi tradisional: 第二次直奉戰爭; Pinyin: Dì'èrcì Zhífèng Zhànzhēng) yang terjadi pada 1924 adalah konflik antara Kelompok Fengtian dengan didukung oleh Kekaisaran Jepang yang berbasis di Manchuria melawan Kelompok Zhili yang lebih liberal dalam mengendalikan Beijing serta didukung oleh kepentingan bisnis Anglo-Amerika. Perang ini dianggap yang paling signifikan dan merusak selama Era Panglima Perang sehingga membuat pemerintah Beijing bangkrut.[1]
Panglima perang Kristen Feng Yuxiang melakukan kudeta Beijing yang menyebabkan Kelompok Zhili mengalami kekalahan secara keseluruhan. Selama perang, kedua kelompok ini bertempur dalam suatu pertempuran besar di dekat Tianjin pada Oktober 1924 dan beberapa pertempuran kecil serta pengepungan. Setelah itu, baik Feng Yuxiang maupun Zhang Zuolin (penguasa Kelompok Fengtian) menunjuk Duan Qirui menjadi perdana menteri boneka. Di Tiongkok selatan dan tengah, orang Tiongkok yang lebih liberal justru kecewa dengan kemajuan yang diperoleh Kelompok Fengtian dan oleh kekosongan kekuasaan yang diakibatkannya sehingga terjadi gelombang protes. Perang ini juga mengalihkan perhatian para panglima perang utara dari pihak Nasionalis dukungan Soviet yang berbasis di provinsi selatan Guangdong, sehingga memungkinkan dilakukannya persiapan tanpa hambatan untuk meluncurkan Ekspedisi ke Utara yang akhirnya menyatukan Tiongkok di bawah kepemimpinan Chiang Kai-shek.