Pertempuran Guangxi Selatan | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Tiongkok-Jepang Kedua | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Republik Tiongkok | Kekaisaran Jepang | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Kekuatan | |||||||
150.000 pasukan | |||||||
Korban | |||||||
Korban militer:
Jumlah: 23.816 korban militer[2][3][4] Korban sipil: Jumlah: 17.294 korban sipil Kerusakan senilai 45 miliar yuan[3] |
|
Pertempuran Guangxi Selatan (Hanzi sederhana: 桂南会战; Hanzi tradisional: 桂南會戰; Pinyin: Guìnán Huìzhàn) adalah salah satu dari 22 pertempuran besar yang berlangsung antara Tentara Revolusioner Nasional Republik Tiongkok melawan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua.
Pada November 1939, pasukan Jepang mendarat di pesisir Guangxi dan merebut kota Nanning. Selama pertempuran ini, Jepang berhasil memutus akses Chongqing ke laut, sehingga Sekutu tidak dapat lagi memberikan bantuan lewat laut dan kini harus melalui wilayah Indochina, Jalan Raya Burma, atau jalur udara The Hump.
Tiongkok berhasil melancarkan beberapa serangan besar yang memaksimalkan jumlah korban jiwa di pihak Jepang. Kebanyakan dari konflik ini berlangsung untuk memperebutkan Jalur Gunung Kunlun. Setelah keberhasilan Ekspedisi Vietnam pada September 1940, Jepang berhasil memutus jalur Indochina. Kini yang tersisa hanya Jalan Raya Burma dan The Hump, sehingga Jepang tidak perlu lagi menduduki Guangxi, dan pada November 1940 mereka mundur dari wilayah tersebut kecuali beberapa daerah pesisir.