Maharatu Puteri Junjung/Poetrie Djoendjoeng Boeih/ Poetri Djoendjoeng Boewih Buih | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Maharatu Negara Dipa III 1460–1470 Putri Junjung Buyah | |||||||||
![]() | |||||||||
Maharatu Negara Dipa III | |||||||||
Pendahulu | Lambung Mangkurat | ||||||||
Penerus | Pangeran Suryanata | ||||||||
Kelahiran | Puteri Junjung Buih | ||||||||
Pasangan | |||||||||
Keturunan | 1.Maharaja Suryaganggawangsa 2.Pangeran Suryawangsa | ||||||||
| |||||||||
Agama | Siwa-Buddha Kaharingan |
Puteri Junjung Buih atau Poetrie Djoendjoeng Boeih atau Poetri Djoendjoeng Boewih merupakan seorang Puteri Raja dari Kerajaan Negara Dipa yang termuat dalam Hikayat Banjar. Puteri ini berasal dari unsur etnis pribumi Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan sehingga banyak kerajaan-kerajaan Banjar biasanya mengaku masih berkaitan dengan keturunan puteri Junjung Buih.
Di ceritakan Puteri Junjung Buih merupakan anak dari Ngabehi Hileer[1] dan menjadi saudara angkat Patih Lambung Mangkurat yang dipertemukan ketika melakukan kegiatan "balampah" (bahasa Banjar: bertapa) sebagai wanita dewasa dari dalam kumpulan buih di sungai.
Raja kemudian menikahkan Junjung Buih dengan Pangeran Suryanata dari Majapahit. Hikayat Banjar menampilkan 2 versi silsilah Raja-raja banjar. Hikayat Banjar resensi II menyebutkan salah seorang anak Putri junjung Buih yaitu Pangeran Aria Dewangga menikah dengan Putri Kabuwaringin, puteri dari Lambung Mangkurat (unsur pendiri negeri). Kemudian, mereka berdua yang menurunkan raja-raja dari Kerajaan Negara Dipa, Kerajaan Negara Daha hingga Kesultanan Banjar dan Kepangeranan Kotawaringin.[2][3][4]