Sjafrie Sjamsoeddin | |
---|---|
Menteri Pertahanan Indonesia ke-27 | |
Mulai menjabat 21 Oktober 2024 | |
Presiden | Prabowo Subianto |
Wakil | Donny Ermawan (Sejak 2024) |
Pengganti Petahana | |
Wakil Menteri Pertahanan Indonesia ke-7 | |
Masa jabatan 6 Januari 2010 – 20 Oktober 2014 | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono |
Menteri | Purnomo Yusgiantoro |
Pendahulu Mursjid | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 30 Oktober 1952 Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia |
Suami/istri | Etty Sudiyati |
Hubungan | Maroef Sjamsoeddin (Adik) |
Anak | 2 |
Almamater |
|
Pekerjaan | Tentara |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1974—2010 |
Pangkat | Letnan Jenderal TNI |
Satuan | Infanteri (Kopassus) |
Komando | Kopassus |
Pertempuran/perang | |
Sunting kotak info • L • B |
Sjafrie Sjamsoeddin (EYD: Syafrie Syamsuddin, lahir 30 Oktober 1952) adalah seorang birokrat dan tokoh militer Indonesia yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia sejak tanggal 21 Oktober 2024 dalam Kabinet Merah Putih di bawah pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.[1] Dia pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan Indonesia periode 2010—2014.[2] Ia pernah menjadi pengawal Soeharto dan salah satu orang kepercayaannya yang paling setia hingga kejatuhannya dan juga merupakan teman lama presiden Indonesia saat ini Prabowo Subianto.[3]
Sjafrie Sjamsoeddin bertugas di militer Indonesia dan menjadi anggota satuan Kopassus. Dia dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia sepanjang karir militernya. Dia berpartisipasi dalam invasi Indonesia ke Timor Timur dan kemudian dilaporkan hadir di pembantaian Santa Cruz pada tahun 1991, dan krisis Timor Timur 1999. Ia juga dituduh terlibat dalam Penculikan aktivis 1997/1998 dan Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, di mana ia menjabat sebagai panglima militer di kota tersebut. waktu. Ia dibebaskan oleh pihak berwenang Indonesia atas kerusuhan tersebut dan tidak secara resmi didakwa di Timor Timur atau atas penculikan tersebut, meskipun ia dipecat dari militer karena masalah yang terakhir. Pada tahun 2009, visanya ditolak oleh Amerika Serikat ketika ia menjadi penasihat presiden saat itu Susilo Bambang Yudhoyono.[3]