Universitas Katolik Parahyangan Parahyangan Catholic University | |
---|---|
bahasa Latin: Universitas Catholicae Parahyanganensis
Informasi | |
Moto | Bakuning Hyang Mrih Guna Santyaya Bhakti Berdasarkan Ketuhanan Menuntut Ilmu untuk Dibaktikan Kepada Masyarakat |
Jenis | Perguruan Tinggi Swasta, Perguruan Tinggi Katolik Indonesia |
Didirikan | 17 Januari 1955[1] |
Afiliasi | Ordo Salib Suci Keuskupan Bandung |
Ketua | Prof. Dr. Ir. Judy Retti Witono, M.App.Sc. |
Rektor | Prof. Tri Basuki Joewono, Ph.D.'[2] |
Staf akademik | 511 (2024)[3]
|
Staf administrasi | 342 (2021) |
Jumlah mahasiswa | 10.445 (2024) |
Sarjana | 9.511[1] |
Magister | 293[1] |
Doktor | 75[1] |
Lokasi | , , 6°52′30″S 107°36′20″E / 6.87500°S 107.60556°E |
Kampus | Urban, 7.6 Ha[4] |
Warna | Khaki dan Hijau |
Nama julukan | Unpar, Kampus Jingga |
Afiliasi | APTISI, APTIK, GEM, ACUCA, ASEACCU, INU, IFCU, TEFLIN, ACICIS, READI, ALN |
Situs web | unpar |
Universitas Katolik Parahyangan atau dikenal dengan singkatan (Unpar) adalah salah satu perguruan tinggi swasta yang terletak di Kota Bandung, Indonesia yang berbasis Katolik. Kampus utamanya terletak di Jalan Ciumbuleuit, dan kampus lainnya terletak di Jalan Merdeka, Jalan Aceh, dan Jalan Nias. Sebelum memiliki gedung sendiri di Jalan Merdeka, kegiatan akademis juga sempat menggunakan gedung "Panti Budaya" (sekarang menjadi Gedung Bank Indonesia yang baru). Unpar memiliki semboyan Bakuning Hyang Mrih Guna Santyaya Bhakti yang berarti "Berdasarkan Ke Tuhanan Menuntut Ilmu untuk Dibaktikan kepada Masyarakat".
Universitas Katolik Parahyangan didirikan pada tahun 1955 oleh pimpinan Gereja Katolik di Jawa Barat, yakni Uskup Bandung Pierre Marin Arntz, O.S.C. dan Uskup Bogor Paternus Nicholas Joannes Cornelius Geise, O.F.M.. Hal ini sebagai jawaban atas kurangnya ahli berpendidikan tinggi untuk membangun Indonesia pasca Perang Kemerdekaan.[5]