Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. |
Insomnia | |
---|---|
Gambar seseorang penderita insomnia dari abad ke-14 | |
Informasi umum | |
Nama lain | Sulit tidur, gangguan tidur |
Pelafalan | |
Spesialisasi | Psikiatri, obat tidur |
Penyebab | Tidak diketahui, stres psikologis, nyeri kronis, gagal jantung, hipertiroidisme, mulas, sindrom kaki gelisah, dll.[2] |
Aspek klinis | |
Gejala dan tanda | Kesulitan tidur, kantuk di siang hari, energi rendah, mudah tersinggung, suasana hati tertekan[1] |
Komplikasi | Tabrakan kendaraan bermotor[1] |
Diagnosis | Berdasarkan gejalanya, studi tidur[3] |
Kondisi serupa | Gangguan fase tidur tertunda, sindrom kaki gelisah, apnea tidur, gangguan kejiwaan[4] |
Perawatan | Kebersihan tidur, terapi perilaku kognitif, pil tidur[5][6][7] |
Prevalensi | ~20%[8][9][10] |
Insomnia (dikenal juga sebagai sulit tidur) adalah gangguan tidur di mana orang sulit tidur.[1] Mereka mungkin mengalami kesulitan tidur, atau tetap tertidur selama yang diinginkan.[9][12] Insomnia biasanya diikuti oleh kantuk di siang hari, energi rendah, lekas marah, dan suasana hati yang depresi.[1] Ini dapat mengakibatkan peningkatan risiko tabrakan kendaraan bermotor, serta masalah fokus dalam belajar.[1] Insomnia bisa bersifat jangka pendek, berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu, atau jangka panjang, berlangsung lebih dari sebulan.[1] Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun.
Insomnia dapat terjadi tanpa ada keterlibatan dari masalah lain.[2] Keadaan yang dapat mengakibatkan insomnia termasuk stres psikologis, nyeri kronis, gagal jantung, hipertiroidisme, mulas, sindrom kaki gelisah, menopause, obat-obatan tertentu, dan obat-obatan seperti kafein, nikotin, dan alkohol.[2][8] Faktor risiko lain termasuk shift malam dan apnea tidur.[9] Diagnosis didasarkan pada kebiasaan tidur dan pemeriksaan untuk mencari penyebab yang mendasarinya.[3] Sebuah studi tidur dapat dilakukan untuk mencari gangguan tidur yang mendasarinya.[3] Diagnosis dapat dilakukan dengan dua pertanyaan: "apakah Anda mengalami kesulitan tidur?" dan "apakah Anda kesulitan tidur atau tetap tidur?"[9]
Kebersihan tidur dan perubahan gaya hidup biasanya merupakan pengobatan pertama untuk insomnia.[5][7] Kebersihan tidur termasuk waktu tidur yang konsisten, paparan sinar matahari, ruangan yang tenang dan gelap, dan olahraga teratur.[7] Terapi perilaku kognitif dapat ditambahkan untuk ini.[6][13] Walaupun obat tidur dapat membantu, mereka berhubungan dengan cedera, demensia, dan kecanduan.[5][6] Obat-obatan ini tidak dianjurkan untuk lebih dari empat atau lima minggu.[6] Efektivitas dan keamanan obat alternatif tidak jelas.[5][6]
Antara 10% dan 30% orang dewasa menderita insomnia pada titik waktu tertentu dan hingga setengahnya mengalami insomnia pada tahun tertentu.[8][9][10] Sekitar 6% orang mengalami insomnia bukan karena masalah lain dan berlangsung selama lebih dari sebulan.[9] Orang yang berusia di atas 65 tahun lebih sering terkena daripada orang yang lebih muda.[7] Wanita lebih sering terkena daripada pria.[8] Deskripsi menunjukkan bahwa insomnia telah terjadi sejak Yunani kuno.[14]
Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif.[15] Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur.
Banyak penderita insomnia tergantung pada obat tidur dan zat penenang lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat sedatif memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut.