محمدية | |
Tanggal pendirian | 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah) |
---|---|
Pendiri | K.H. Ahmad Dahlan |
Didirikan di | Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Hindia Belanda |
Tipe | Organisasi keagamaan |
Tujuan | Sosial-keagamaan, ekonomi, pendidikan, Usaha mikro, kecil , Menengah dan kesehatan |
Kantor pusat |
|
Wilayah layanan | Asia Tenggara |
Jumlah anggota | 60 juta |
Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir | |
Sekretaris Umum | Prof. Dr. Abdul Mu'ti |
Afiliasi | Modernisme Islam (Islam Sunni)[2] |
Situs web | muhammadiyah |
Muhammadiyah (bahasa Arab: محمدية, translit. muḥammadiyyah, har. 'pengikut Muhammad'); secara resmi bernama Persyarikatan Muhammadiyah, adalah organisasi keagamaan Islam non-pemerintah di Indonesia dan salah satu yang terbesar di negara itu.[3] Muhammadiyah atau Moehammadijah adalah nama gerakan Islam yang lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah). Pendiri Muhammadiyah adalah seorang kyai yang dikenal alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan, yang sebelumnya atau nama kecilnya bernama Muhammad Darwisy.[4]
Muhammadiyah menganjurkan dibukanya keran ijtihad sebagai bentuk penyesuaian detail hukum Islam dengan perkembangan jaman dengan Ideologi mengedepankan Pancasila di bawah payung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini merupakan antitesis dari pemikiran kebanyakan muslim di masa kolonial yang mencukupkan diri dengan ijtihad ulama 4 mazhab dan menutup diri dari kemungkinan pembaharuan ijtihad.[5]
Muhammadiyah memainkan peran penting dalam perluasan doktrin teologis salafi di Indonesia.[6] Salafiyah merupakan gerakan reformasi di dalam Islam Sunni.[7] Sejak didirikan, Muhammadiyah telah mengadopsi platform reformis yang memadukan pendidikan agama dan pendidikan modern,[8] terutama sebagai cara untuk mempromosikan mobilitas Muslim ke atas menuju komunitas 'modern' dan untuk memurnikan Islam Indonesia dari praktik sinkretis lokal.[8] Sebagai organisasi modernis, Muhammadiyah masih terus mendukung budaya lokal dan mempromosikan toleransi beragama di Indonesia, sementara beberapa perguruan tinggi sebagian besar dimasuki oleh non-Muslim, terutama di provinsi Nusa Tenggara Timur dan Papua. Kelompok ini juga menjalankan rantai besar rumah sakit amal,[3] dan mengoperasikan 162 perguruan tinggi hingga saat ini.[9]
Pada tahun 2019, Muhammadiyah dianggap sebagai organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia dengan 60 juta anggota.[5] Meskipun para pemimpin dan anggota Muhammadiyah sering terlibat aktif dalam membentuk politik di Indonesia, Muhammadiyah bukanlah sebuah partai politik. Muhammadiyah lebih mengabdikan dirinya untuk kegiatan sosial dan pendidikan.[10][11]
From aqidah standpoints, Muhammadiyah may adhere Salafi , as stated by Tarjih in Himpinan Putusan Tarjih (wy: 11), that Muhammadiyah promotes the belief principles referring to the Salaf (al-fi rqat al-najat min al-Salaf).
organizations such as Muhammadiyah, Persis, al-Irsyad has an important role in the development of Salafism in Indonesia.